REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rizky Suryarandika, Febrianto Adi Saputro, Nawir Arsyad Akbar, Antara
Pilpres 2024 masih sekitar tiga tahun lagi, tetapi geliatnya sudah mulai terasa sejak saat ini. Salah satu yang diprediksi akan maju dalam kontestasi pilpres adalah Puan Maharani.
Meski elektabilitas Puan saat ini masih terbilang kecil, ketua DPR itu punya peluang besar untuk dicalonkan. Sebagai putri Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Puan, kata pengamat politik Harits Hijrah Wicaksana, pasti akan dicalonkan PDIP demi mempertahankan nama besar dan trah Soekarno.
"Kami menilai, Pilpres 2024 itu dipertahankan dari keluarga keturunan Soekarno, setelah Joko Widodo itu," kata Harits, di Lebak, Banten, Senin (7/6).
Acara pengarahan kader PDIP di Jawa Tengah (Jateng) yang dipimpin Puan belum lama ini, menurut Harits, menjadi petunjuk. Apalagi, dalam acara itu, Puan sengaja tidak mengundang Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, kader PDIP yang saat ini memiliki elektabilitas tertinggi di antara elite partai kepala banteng moncong putih.
Kehadiran Puan Maharani di Jateng saat itu adalah untuk konsolidasi penguatan solidaritas partai menuju Pemilu 2024. Dan, sosok Ganjar, oleh elite-elite PDIP lain kemudian 'diserang' dengan dicitrakan sebagai kader yang terlalu berambisi nyapres meski belum ada mandat dari Megawati.
"Kami yakin Puan Maharani itu dipastikan maju dalam Pilpres 2024 dan PDIP tidak memilih Ganjar Pranowo," kata Harits menegaskan.
Bahkan, Harits memprediksi, bisa saja Puan dipasangkan oleh PDIP bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Pasangan Puan-Anies akan jadi kombinasi pasangan nasionalis-religius dan bisa menghadirkan efek kejutan dalam konteks pilpres.
"Saya kira bisa saja nantinya Puan digandengkan dengan Anies Baswedan untuk menggabungkan antara nasionalis dan religius," katanya menjelaskan.
Sebelumnya, politisi senior PDIP Effendi Simbolon lebih dulu mewacanakan pasangan Puan Anies untuk Pilpres 2024. Namun, dia mengakui upaya menduetkan Puan dan Anies akan menjadi tantangan tersendiri.
Effendi menegaskan, ide memasangkan Puan-Anies bukanlah sekadar wacana asal-asalan. Menurutnya, ide itu didasari pertimbangan matang dua kutub yang kini berseberangan.
"Kalau dipasangkan Mbak Puan dengan Mas Anies, ya itu bukan asbun (asal bunyi), itu sesuatu yang kita telaah dari perjalanan adanya satu kelompok besar, yaitu kelompok nasionalis. Kita tidak bisa kesampingkan ada kelompok nasionalis, tapi sekaligus ada kelompok besar kelompok religius, yang selama ini di dalam satu periode terakhir ini berhadap-hadapan," kata Effendi dalam sebuah diskusi, Sabtu (5/6).
Effendi menilai wacana duet Prabowo-Puan hanyalah ide yang telah lama beredar. Adapun duet Puan-Anies, kata Effendi, pantas menjadi tantangan baru untuk diperjuangkan.
"Tapi, bagaimana ini (Puan-Anies) dikombinasikan, ya mari ini tantangan gitu, karena saya lihat adanya pemikiran antara Pak Prabowo dan Mbak Puan saya kira itu berita lama," singgung Effendi.
Effendi mengaku siap memperjuangkan duet Puan-Anies bila sudah mendapat sinyal persetujuan dari Puan Maharani.
"Sepanjang Mbak Puan memang mau, ini kan masalahnya saya enggak tahu Mbak Puan mau apa enggak. Kalau enggak mau, ya sudah jangan lakukan, enggak apa-apa, tetapi kalau mau walaupun belum ada keputusan dari Ibu (Megawati), ya kita jalan dulu menyapa untuk test the water," ucap Effendi.
Effendi menegaskan, tak ada yang mustahil dalam dunia politik, termasuk duet Puan-Anies. Ia menilai penyatuan keduanya sebagai usaha merekatkan anak bangsa.
"Kita justru harusnya pertemukan antara mereka-mereka yang ada di kolam religius dan kolam nasionalis untuk menyatukan demi kepentingan bangsa Indonesia," kata Effendi.
Ihwal elektabilitas Puan yang saat ini hanya sebesar 1,7 persen (survei Parameter Politik Indonesia), menurut Effendi, masih bisa dikatrol. Bahkan, dia optimistis elektabilitas Puan bisa melonjak dalam beberapa bulan ke depan.
"Ini realitas juga karena Mbak Puan belum keluar maksimal. Sah juga karena belum diputuskan ketum (Megawati) untuk maju," kata Effendi.
Effendi menyebut Puan masih punya waktu meningkatkan elektabilitas menjelang Pilpres 2024. Ia mengusulkan Puan berkeliling Indonesia agar makin dikenal rakyat.
"Enggak ada salahnya kok Mbak Puan masih punya wakyu menyapa, tertawa dan menangis bersama rakyat. Bisa saja dalam 2-3 bulan lagi ke depan bisa jadi dua digit enggak cuma nol koma lagi (elektabilitasnya)," ujar anggota DPR RI itu.