Selasa 08 Jun 2021 19:05 WIB

Parlemen Israel akan Gelar Voting Bentuk Pemerintahan Baru

Hasil voting parlemen Israel akan menentukan masa pemerintahan Netanyahu

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Suasana sidang parlemen Israel (Knesset).
Foto: Daily Sabah
Suasana sidang parlemen Israel (Knesset).

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Parlemen Israel (Knesset) akan melakukan pemungutan suara pembentukan pemerintahan baru pada 14 Juni mendatang. Langkah itu siap menggulingkan rezim Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Ketua Knesset Yariv Levin mengungkapkan pemimpin oposisi Yair Lapid telah memberi tahunya dan presiden bahwa koalisi telah disepakati. Levin mengatakan, di bawah kerangka waktu yang ditetapkan undang-undang, pemungutan suara untuk menyetujuinya bakal digelar pada 14 Juni. “Pengumuman mengenai tanggal sidang untuk membentuk pemerintah ke-36 (Israel) akan disampaikan kepada anggota parlemen,” kata Levin pada Senin (7/6), dikutip laman Aljazirah.

Baca Juga

Koalisi pemerintahan baru Israel dipimpin oleh Yair Lapid selaku pemimpin partai Yesh Atid dan Naftali Bennett, yakni ketua partai Yamina. Bennett telah mendesak Levin, yang notabene loyalis Netanyahu, untuk tidak menunda dan mengadakan mosi percaya pada Rabu (9/6). Dengan demikian pemerintahan baru yang terdiri dari partai sayap kiri, kanan, tengah, dan Palestina dapat dilantik.

Sebelumnya, Yair Lapid telah meyakinkan publik bahwa pemerintahan baru bakal dibentuk. “Tidak pernah ada sesuatu yang 100 persen dalam politik Israel, tapi pemerintahan ini memiliki peluang terbaik untuk mewujudkannya,” ujarnya.

Jika pemerintah Lapid-Bennett gagal memenangkan mayoritas di Knesset, Israel kemungkinan akan menghelat pemilu untuk kelima kalinya dalam waktu kurang dari dua tahun. Selama empat pemilu sebelumnya, tak ada partai yang memenangkan mayoritas 61 kursi di parlemen.

Pada pemilu terakhir Maret lalu, Netanyahu memperoleh dukungan 52 dari 120 anggota Knesset. Lapid mengantongi 45 dukungan, sementara Bennett mendapatkan tujuh dukungan. Saat ini, Netanyahu memimpin pemerintahan koalisi bersama Benny Gantz, pemimpin Blue and White Party.

Netanyahu tengah menghadapi tuduhan korupsi yang dapat menjebloskannya ke penjara. Meski demikian, dia telah melancarkan retorika dengan maksud menghancurkan koalisi yang hendak menggulingkan pemerintahannya.

Dalam pidato yang dialamatkan kepada para pendukung partai Likud, dia mengecam “mesin kekerasan” yang bersekutu dengannya. Netanyahu pun mendesak para pendukungnya memprotes “pemerintah sayap kiri berbahaya” yang sedang dibuat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement