REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Pertemuan langsung pertama para pemimpin negara-negara yang tergabung dalam G7 akan dilangsungkan di Inggris pada Jumat (11/6) waktu setempat. Fokus pembicaraan antara negara-negara adidaya itu adalah soal pandemi Covid-19, risiko geopolitik global, dan perubahan iklim.
KTT dilakukan selama tiga hari di wilayah pesisir Cornwall. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson akan berbicara kepada para pemimpin G7 untuk bekerja sama guna mengakhiri pandemi Covid-19.
Selama akhir pekan, Johnson mengatakan dia akan meminta rekan-rekannya untuk berkomitmen untuk memvaksinasi dunia terhadap Covid-19 pada akhir tahun depan. "Saya menyerukan kepada sesama pemimpin G7 untuk bergabung dengan kami untuk mengakhiri pandemi yang mengerikan ini dan berjanji tidak akan pernah membiarkan kehancuran yang ditimbulkan oleh virus corona terjadi lagi," katanya seperti dikutip laman Anadolu Agency, Selasa (8/6).
Selain itu, Inggris bertujuan memberikan pesan kerja sama pada solusi iklim untuk lebih hijau dengan wilayah Cornwall yang indah, yang dipandang sebagai pusat sektor teknologi hijau Inggris. Agenda KTT juga diharapkan mencakup topik-topik seperti mendukung perdagangan bebas dan adil dan meningkatkan keamanan siber, topik hangat setelah serangan siber profil tinggi baru-baru ini di AS.
Para menteri keuangan negara-negara G7 pada Sabtu pekan lalu juga menyepakati pajak perusahaan minimum global minimal 15 persen untuk perusahaan multinasional di setiap negara tempat mereka beroperasi. G7 adalah organisasi yang terdiri dari tujuh negara dengan ekonomi maju terbesar di dunia yakni Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat.
Negara-negara G7 bertemu setiap tahun di bawah kepemimpinan suatu negara untuk mengevaluasi agenda ekonomi, membuat kebijakan bersama, dan memperkuat kerja sama. Dalam hampir dua tahun tidak bertemu langsung, KTT kali ini akan menjadi KTT pertama kali bertemu muka selama pandemi.
Para pemimpin negara tamu yang diundang ke KTT tahun ini termasuk Perdana Menteri Australia Scott Morrison, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, dan Perdana Menteri India Narendra Modi.
Ikuti Whatsapp Channel Republika