Selasa 08 Jun 2021 23:17 WIB

Camat hingga RT Diminta Bantu Tangani Stunting

RT dan RW juga bisa memantau dan mensosialisasikan pentingnya asupan gizi.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Muhammad Fakhruddin
Camat hingga RT Diminta Bantu Tangani Stunting (ilustrasi).
Foto: Republika/Mardiah
Camat hingga RT Diminta Bantu Tangani Stunting (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,INDRAMAYU -- Pemkab Indramayu menargetkan angka stunting terus menurun hingga menjadi 7,5 persen pada 2026 mendatang. Untuk itu, dibutuhkan keterpaduan penyelenggaraan intervensi misi pada lokasi dan kelompok sasaran.

Untuk mencapai keterpaduan tersebut, diperlukan penyelarasan, perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian multi lintas sektor dan program di semua tingkatan pemerintah dan masyarakat.

‘’Saya berharap camat-camat di Indramayu bisa lebih serius dan peduli kepada wilayahnya dalam menangani angka stunting ini, karena bagaimanapun camat adalah ujung tombak kepemimpinan di suatu wilayah,’’ kata Bupati Indramayu Nina Agustina, dalam kegiatan Rembuk Stunting Tahun 2021 yang diselanggarakan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Indramayu, di Ruang Ki Tinggil Setda Indramayu, Selasa (8/6).

Tidak hanya para camat, Nina meminta  seluruh perangkat seperti  kepala desa, RT dan RW juga bisa memantau dan mensosialisasikan pentingnya asupan gizi yang baik untuk ibu hamil atau anak balita. Hal itu untuk menekan angka stunting sedini mungkin.

‘’RT dan RW berada pada lingkup masyarakat yang kecil, sehingga saya minta tolong pak camat di masing-masing wilayah,’’ tukas Nina.

Stunting merupakan gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan. Kondisi tersebut bisa berdampak pada kualitas SDM anak tersebut.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Deden Bonni Koswara, menyebutkan,  angka stunting di Kabupaten Indramayu setiap tahunnya mengalami penurunan. Data hasil pelaksanaan Bulan Penimbangan Balita (BPB) tahun 2018 mencapai 20,5 persen, hasil BPB tahun 2019 mencapai 15,7 persen dan hasil BPB Tahun 2020 mencapai 10,24 persen.

Deden mengatakan, instasinya bersama Kemendagri telah melakukan identifikasi permasalahan. Hasilnya, diketahui belum semua desa memahami kegiatan prioritas untuk menanggulangi stunting di wilayahnya masing-masing.

‘’Karenanya, perlu diatasi secara bersama-sama melalui intervensi gizi spesifik dan intervesi gizi sensitif,’’ tandas Deden. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement