Rabu 09 Jun 2021 05:20 WIB

Covid-19 di Sekolah karena tak Patuh Protokol Kesehatan

Guru takut tunjangannya dipotong sehingga memaksakan diri ke sekolah meski sakit.

Rep: Inas Widyanuratikah / Red: Ratna Puspita
(Ilustrasi corona mengintai di sekolah) Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dasmen) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Jumeri mengatakan terjadinya penularan Covid-19 di sekolah kebanyakan karena ketidakdisiplinan warga sekolah.
Foto: republika
(Ilustrasi corona mengintai di sekolah) Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dasmen) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Jumeri mengatakan terjadinya penularan Covid-19 di sekolah kebanyakan karena ketidakdisiplinan warga sekolah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dasmen) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Jumeri mengatakan terjadinya penularan Covid-19 di sekolah kebanyakan karena ketidakdisiplinan warga sekolah. Hal ini berdasarkan evaluasi selama pelaksanaan belajar tatap muka. 

"Umumnya terjadi karena tidak disiplinnya guru maupun warga sekolah itu menaati SOP untuk PTM (pembelajaran tatap muka) ini," kata Jumeri, dalam telekonferensi, Selasa (8/6). 

Baca Juga

Ia mengatakan, warga sekolah yang baru saja bepergian keluar daerah tidak usah masuk sekolah sampai dipastikan betul-betul sehat. Selain itu, warga sekolah yang sakit tidak diperbolehkan untuk berangkat sekolah untuk mengurangi risiko penularan Covid-19. 

"Jadi sampai dipastikan kondisinya baik, sehat tidak ada panas badan, tidak ada demam, dicek kesehatannya kembali setelah bepergian," kata dia lagi. 

Jumeri mengatakan, kebanyakan kejadian penularan di sekolah disebabkan guru yang takut tunjangan kinerjanya dipotong sehingga memaksakan diri berangkat meskipun sakit. Terkait hal ini, Kemendikbudristek akan berkoordinasi dengan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) sehingga keamanan di seklah tetap terjaga. 

Ia berpesan kepada kepala sekolah untuk menyiapkan kesiapan mental warga sekolah, guru, karyawan, peserta didi, dan orang tua. Perlu ada budaya gotong royong dan kewaspadaan yang dibangun bersama sehingga masing-masing warga sekolah paham dengan peraturan yang ada. 

"Itu hal penting bersama. Kewaspadaan, kegotongroyongan, untuk menjaga protokl kesehatan supaya tatap muka tapi tetap aman. Jadi membangun karakter bersama dulu agar sekolahnya itu aman," kata Jumeri. 

Selain itu, sekolah juga wajib memasang SOP yang dipasang di berbagai tempat di sekolah. Sebelum tatap muka dimulai, SOP ini juga wajib disosialisasikan sehingga dipahami bersama. Pengawasan terhadap pelaksanaan pembelajaran tatap muka juga wajib terus dilakukan. 

Koordinasi bersama dengan fasilitas kesehatan setempat juga harus dipastikan oleh sekolah. Sehingga, ketika terjadi hal-hal yang berisiko terjadinya penularan Covid-19 bisa segera diatasi. 

Jumeri juga berpesan agar di hari-hari pertama tatap muka, jangan langsung diisi dengan pelajaran yang berat. Sekolah perlu memastikan memberi kesempatan agar peserta didik merasa rileks melakukan pembelajaran tatap muka. 

"Memberi kesempatan agar anak-anak relaksasi dulu, kemudian membangun karakter dan budaya bersihnya, budaya gotong royong. Ditanamkan, kalau saya sehat tetap memakai masker, mencuci tangan, itu menjaga diri saya, orang tua saya, dan guru-guru saya," ujar Jumeri. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement