Rabu 09 Jun 2021 09:08 WIB

Billie Eilish Hingga Selena Gomez Desak Sumbangan Vaksin

Para selebritas dunia menandatangani surat terbuka Unicef.

Rep: Santi Sopia/ Red: Qommarria Rostanti
Selena Gomez berkolaborasi dengan Blackpink meluncurkan single Ice Cream.
Foto: EPA
Selena Gomez berkolaborasi dengan Blackpink meluncurkan single Ice Cream.

REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Sejumlah selebritas global setuju bahwa vaksin Covid-19 dapat menjadi solusi keluar dari wabah. Mereka juga mendukung sumbangan vaksin khususnya bagi area yang paling membutuhkan.

Dari mulai bintang pop Billie Eilish, Pink, hingga Selena Gomez turut menandatangani surat terbuka Unicef, yang isinya mendesak para pemimpin dunia untuk meningkatkan dan menyumbangkan vaksin Covid-19 di tempat yang paling dibutuhkan, menjelang KTT G7 akhir pekan ini di Inggris. "Pandemi tidak akan berakhir di mana pun sampai berakhir di mana-mana, dan itu berarti mendapatkan vaksin ke setiap negara, secepat dan merata mungkin," bunyi surat itu, dikutip dari laman People, Rabu (9/6).

Selebritas lain yang telah menandatangani surat itu termasuk Whoopi Goldberg, Katy Perry, Orlando Bloom, David Beckham, Priyanka Chopra Jonas, Ewan McGregor, Lucy Liu, Olivia Colman, Liam Neeson, Gemma Chan, Alyssa Milano, Liam Payne, Claudia Schiffer, Téa Leoni dan Sofia Carson.

Meskipun beberapa negara telah berjanji untuk menyumbangkan vaksin akhir tahun ini, ada kebutuhan yang juga dianggap mendesak. Surat itu mencatat kendati UNICEF sudah di lapangan memberikan dosis melalui inisiatif ekuitas vaksin internasional COVAX, mereka kekurangan sekitar 190 juta dosis dari yang dibutuhkan.

"Dunia telah menghabiskan satu setengah tahun berjuang melawan pandemi Covid-19, tetapi virus itu masih menyebar di banyak negara dan menghasilkan varian baru yang berpotensi mengembalikan kita semua ke tempat kita memulai," tulis surat itu. 

Hal itu berarti lebih banyak penutupan sekolah, gangguan kesehatan dan kejatuhan ekonomi yang lebih besar sehingga mengancam masa depan keluarga dan anak-anak di mana-mana.

Lily Caprani, pemimpin vaksin Unicef, dinilai menunjukkan ketidakadilan global seputar pandemi dan bagaimana negara-negara terkaya di dunia mulai memvaksinasi anak-anak dan remaja berisiko rendah, alih-alih menyumbangkan surplus. Sementara itu, negara-negara yang kurang makmur harus membuang vaksin kadaluwarsa yang tidak dapat mereka gunakan tepat waktu.

"Pada titik tertentu, tidak diragukan lagi, kita perlu memvaksinasi anak di bawah 18 tahun," kata Caprani kepada BBC. Menurut dia, prioritas saat ini adalah memastikan bahwa semua kelompok rentan dan prioritas di seluruh dunia mendapatkan vaksin.

Unicef memperkirakan bahwa negara-negara G7 dapat menyumbangkan 20 persen vaksin mereka antara Juni dan Agustus tanpa menunda upaya vaksinasi, yang akan memberikan lebih dari 150 juta dosis untuk negara-negara yang membutuhkan. Sebanyak satu miliar dosis dapat tersedia untuk disumbangkan pada akhir tahun.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement