Rabu 09 Jun 2021 12:37 WIB

Mengapa Dunia Bergantung pada Produksi Vaksin India?

India selalu menjadi pemimpin dalam hal vaksin.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Rahmat Gul/AP/picture alliance
Rahmat Gul/AP/picture alliance

Sebelum kasus infeksi Covid-19 melonjak drastis di India, produsen vaksin seperti Serum Institute of India (SII) masih memasok kebutuhan dosis vaksin Covid-19 untuk negara-negara berkembang. Tepatnya melalui program COVAX yang diinisiasi WHO.

Namun ketika pandemi merebak di luar kendali, otoritas India terpaksa membatasi ekspor vaksinnya. Kelangkaan vaksin pun berlanjut, tidak hanya di seantero India, tapi juga di beberapa negara berkembang yang bergantung pada produksi vaksin di India.

Kini India tengah mengejar ketertinggalan produksi vaksin Covid-nya. Namun, hal ini memunculkan kekhawatiran baru, produksi vaksin untuk kebutuhan lain akan ikut terganggu.

"Saat ini fokus kami meningkatkan produksi vaksin Covishield untuk negara [India] yang saat ini berada dalam keadaan darurat,” kata seorang pejabat SII kepada DW. Covishield adalah nama vaksin AstraZeneca di India.

"Tentu fokus pada vaksin lain mungkin mengalami kemunduran, tapi itu tidak akan lama,” tambah pejabat itu.

India sang "raja vaksin”

Berdasarkan jumlah dosis yang telah diproduksi dan dijual secara global, SII merupakan produsen vaksin terbesar di dunia. Setiap tahunnya, mereka mengekspor lebih dari 1,5 miliar dosis vaksin dengan harga terjangkau.

Perusahaan pembuat vaksin yang berlokasi di Kota Pune itu telah membuat banyak jenis vaksin untuk berbagai penyakit, seperti difteri, tetanus, pertusis, hepatitis B, campak, gondok dan rubella.

Diperkirakan sekitar 65 persen anak-anak di dunia menerima setidaknya satu vaksin yang diproduksi SII. Vaksin hasil produksi SII juga telah digunakan di 170 negara, menyelamatkan jutaan nyawa di seluruh dunia.

Namun, SII hanyalah salah satu produsen vaksin di India. Secara kumulatif, SII bersama  produsen vaksin lain seperti Bharat Biotech, Panacea Biotec, Sanofi Shantha Biotechnics, Biological E, Hester Biosciences, dan Zydus Cadila memiliki kapasitas untuk memproduksi sebanyak 8,2 miliar dosis vaksin yang berbeda-beda setiap tahunnya.

Kapasitas produksi vaksin ini menurut ahli virologi dan ahli farmasi, seharusnya dapat dimanfaatkan guna mengatasi masalah kekurangan vaksin Covid-19 sekaligus mempertahankan kemampuan produksi vaksin lainnya.

"Kita perlu perubahan. Saya heran mengapa [produsen lain] ini tidak diberdayakan,” kata T Jacob John, ahli virologi yang sebelumnya bekerja di Christian Medical College di Tamil Nadu, kepada DW.

"Kita harus bekerja sama antara publik-swasta dan melupakan persaingan keuangan di masa seperti ini. Bukankah reputasi India sebagai raja vaksin dipertaruhkan?” tambahnya.

India memiliki rekam jejak farmasi yang kuat

Perusahaan pembuat obat di India kerap berhasil memproduksi obat-obatan esensial dengan harga murah. Seperti pada 2001, perusahaan farmasi India Cipla mampu menawarkan obat AIDS ke negara-negara Afrika dengan harga yang lebih murah dari obat produksi Amerika Serikat (AS).

SII juga berhasil mengembangkan vaksin meningitis murah yang didistribusikan ke seluruh Afrika. Sebanyak 152 juta orang dilaporkan telah menerima vaksin tersebut pada akhir tahun 2013, membantu memutus siklus epidemi meningitis di 26 negara.

"India telah memasok sebagian besar vaksin dunia. Dengan adanya tekanan dari para pemimpin UE untuk mendirikan pabrik vaksin di daerah yuirsdiksi mereka, pasar vaksin di masa depan mungkin akan menjadi lebih ramai, di sinilah kemampuan India untuk membuat vaksin yang lebih murah dapat membantu,” kata Gautam Menon, seorang profesor biologi di Universitas Ashoka kepada DW.

"Kita perlu menekankan perihal kualitas maupun penelitian dasarnya, karena tidak ada alasan mengapa inovasi vaksin yang dilihat di seluruh dunia tidak dapat terjadi di sini,” tambahnya.

Kombinasi antara produksi vaksin dalam jumlah besar dengan biaya murah menjadi nilai jual tersendiri bagi India.

"India selalu menjadi pemimpin dalam hal vaksin,” kata K. Srinath Reddy, presiden Yayasan Kesehatan Masyarakat India, kepada DW. Ia menambahkan bahwa India tidak boleh melupakan potensinya, karena perusahaan farmasi India masih mampu dengan cepat meningkatkan produksi dan menyediakan vaksin penting bagi dunia.

(gtp/pkp)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement