REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI — Varian Delta yang diidentifikasi sebagai B.1.617.2 dari virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) diyakini sebagai yang paling menular. Ini ditemukan pertama kali di India dan diyakini menjadi penyebab utama lonjakan kasus infeksi Covid-19 di gelombang kedua pandemi global.
Laporan mengatakan, dokter di seluruh dunia saat ini mencoba mencari tahu apakah varian Delta juga menjadi yang paling parah. Organisasi Keseharan Dunia (WHO) sebelumnya mengategorikan varian ini sebagai variant of concern (VOC).
WHO mengatakan, varian Delta lebih dominan dibandingkan Alpha, yang terdeteksi pertama kali di Inggris pada tahun lalu. Gejala yang tidak biasa menjadi perhatian utama dari infeksi varian ini.
Beberapa gejala atipikal, seperti gangguan pendengaran, gangguan lambung parah, dan pembekuan darah dilaporkan di antara pasien Covid-19 yang terinfeksi varian Delta. Menurut penelitian yang dilakukan ilmuwan dari University of New South Wales bulan lalu, di samping Alpha, varian lain, yaitu Beta dan Gamma yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan dan Brasil, menyebabkan sedikit atau tidak ada gejala seperti itu.