REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop) terus melakukan pengembangan koperasi sektor riil. Khususnya koperasi pangan.
Pengembangan koperasi pangan menuju koperasi modern diintervensi melalui berbagai pelatihan demi meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM), manajemen, kualitas produksi, akses pasar dan penguatan kelembagaan.
Dua koperasi pangan, yakni Koperasi Tani Hijau Makmur di Tanggamus, Lampung, dan Koperasi Pondok Pesantren Al Ittifaq Ciwidew di Bandung, menjadi sasaran guna mendapat bimbingan teknis dan pelatihan dari Deputi Perkoperasian Kemenkop.
Deputi Bidang Perkoperasian Kemenkop UKM Ahmad Zabadi mengatakan, Koperasi Tani Hijau Makmur mengonsolidasikan sekitar 300 petani pisang mas di Tanggamus dengan luas lahan kurang lebih 2000 hektar (ha). Koperasi sudah terhubung dengan off taker, yakni PT Great Giant Pineaple (GGP) dan seluruh hasil produksi petani pisang akan dibeli oleh PT GGP lewat Koperasi Hijau Tani Makmur sebagai agregator.
Pisang mas tersebut diekspor ke Jepang, Taiwan, Australia dan lain-lain. "Koperasi ini memiliki prospek yang bagus, tinggal memperkuat kelembagaan dan tatakelola koperasinya," kata dia melalui keterangan resmi, Rabu (9/6).
Sementara, Koperasi Pondok Pesantren Al Ittifaq Ciwidew, Bandung, Pondok Pesantren Al Ittifaq, mengembangkan usaha sektor agribisnis dan peternakan, dan telah mengkonsolidasikan beberapa pondok pesantren di Jawa Barat. "Kemenkop melihat Koperasi Pondok Pesantren Al Ittifaq dapat dijadikan piloting dan role model pengembangan ekonomi berbasis pondok pesantren," tuturnya.
Dikatakan, Koperasi Pondok Pesantren Al Ittifaq dapat menjadi tempat studi banding oleh berbagai pondok pesantren di Indonesia. Sebab, pengelolaan bisnisnya sudah modern dan telah terhubung dengan off taker.
Koperasi Al Ittifaq sebagai role model, dan menjadi agen perubahan (agent of change) di wilayah Jawa Barat, juga memotivasi santri menjadi santripreneur. Ponpes seperti ini akan melahirkan banyak santri-santripreneur yang multitalenta sebagai ulama dan sebagai entrepreneur.
Deputi Bidang Perkoperasian telah melakukan intervesi guna memantapkan positioning Kopontren Al Ittifaq menjadi terdepan dalam pengembangan ekonomi umat. Maka, Kemenkop melakukan FGD terkait Penguatan Kelembagaan dan Pemetaan Potensi Ekonomi Pondok Pesantren, Peningkatan Produktivas Pengembangan Kemitraan dan Rantai Pasok, serta Pengembangan Koperasi melalui Merger dan Amalgamasi.
Zabadi mengatakan koperasi sektor riil yang berbasis komunitas akan memberi warna baru dalam perekonomian nasional. Ini pun akan menorehkan catatan bagus dalam daftar koperasi pangan modern di Indonesia.
Dalam pendanaan Kementerian dapat mendorong LPDB-KUMKM. Kemudian menghubungkan dengan lembaga perbankan, dan membangun kemitraan dengan perusahaan besar itu menjadi sangat penting yang harus dilakukan koperasi sektor ril dalam pengembangan bisnisnya.