REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wali Kota Bogor, Jawa Barat, Bima Arya mengaku bangga karena upaya-upaya untuk mendigitalisasikan aksara Sunda dimulai dari Bogor melalui simposium yang diselenggarakan bersamaan dengan rangkaian perayaan Hari Jadi Kota Hujan itu awal pekan ini.
"Ini adalah ikhtiar awal, saya bangga karena ini dimulai di Bogor. Bukan di tempat lain, karena di sinilah ibu kota Kerajaan Pakuan Pajajaran lima abad yang lalu. Bukan di Bandung, bukan di Bekasi, bukan di Tangerang," kata Bima Arya.
Simposium Digitalisasi Aksara Sunda yang berlangsung secara virtual di Paseban Sri Bima, Balai Kota Bogor, terselenggara atas kerja sama Pemerintah Kota Bogor dengan Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI). Digitalisasi aksara Sunda merupakan upaya melestarikan budaya daerah.
"Statement yang disampaikan Pak Walikota menurut saya cukup berani dan patut diapresiasi. Saya menganggap ini sebagai sebuah sinyal baik keseriusan dukungan Pemkot Bogor untuk bersama-sama melakukan aksi nyata dalam mendigitalisasikan aksara Sunda dan bukan sekadar retorika politis semata," kata Ketua Bidang Pengembangan Bisnis, Kerjasama dan Marketing PANDI Heru Nugroho.
Heru mengatakan, dalam proses pendaftaran aksara sunda menuju go digital, dibutuhkan semacam peraturan pemerintah yang secara spesifik menyebutkan bahwa memang aksara daerah tersebut diatur dan tertuang dalam sebuah peraturan.
Dalam mendaftarkan sebuah aksara ke tingkat dunia, salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah bahwa aksara tersebut diatur dalam peraturan yang berlaku di negara tersebut.
"Dalam hal ini aksara Sunda sudah mempunyai modal yang cukup karena Kota Bogor sudah mempunyai Peraturan Walikota Bogor Nomor 62 Tahun 2017 tentang Pemartabatan Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda di Ruang Publik, sebagai dasar acuan untuk proses selanjutnya," jelas Heru.
Di tempat terpisah, Ketua PANDI Yudho Giri Sucahyo mengapresiasi para narasumber yang terlibat pada gelaran Simposium Digitalisasi Aksara Sunda tersebut. Menurutnya simposium itu merupakan inovasi pelestarian aksara daerah khususnya aksara Sunda supaya bisa masuk ke dunia digital.
"Saya berterima kasih dan berharap dengan adanya simposium aksara Sunda, bisa menjadi tonggak sejarah bagi perkembangan aksara Sunda ke depannya, sehingga estafet literasi aksara bisa diteruskan pada generasi selanjutnya. Dengan demikian, digitalisasi ini bisa lebih memudahkan berbagai hal mulai dari pendidikan hingga kebutuhan praktis dalam pemanfaatan aksara Sunda," kata Yudho menambahkan.