Minat Vaksin di Jateng Tinggi, Kerumunan Warga Terjadi
Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Aktivitas vaksinasi Covid-19 massal yang dilaksanakan di Sentra Vaksinasi Gradhika (SVG), di gedung Gradhika Bakti Praja, Semarang, Selasa (8/6). Vaksinasi massal ini memproiritaskan warga jawa Tengah berusia 50 tahun ke atas. | Foto: Humas Pemprov Jaksel
REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Tingginya minat warga untuk mengikuti vaksinasi Covid-19 di Gedung Gradhika Bakti Praja, Semarang, Jawa Tengah, sempat merepotkan petugas. Pasalnya, warga yang berbondong-bondong mendatangi lokasi vaksinasi massal tersebut, sempat mengabaikan protokol kesehatan.
Mereka tak memerdulikan lagi kerumunan dalam antrian demi bisa segera mendapatkan vaksinasi. Tak pelak, petugas pun harus turun tangan untuk mengatur dan membubarkan kerumunan antrean di depan pintu gerbang gedung.
Bahkan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, tak luput turun tangan untuk membantu membubarkan dan mengingatkan agar warga untuk tetap menjaga jarak dan menghindari kerumunan. “Ayo jangan rebutan, jangan berkerumun dan tenang, semua nanti didaftar jangan terburu-buru. Yang berusia 50 tahun ke-atas dulu, silakan!” tegas gubernur yang masih mengenakan pakaian olah raga gowes-nya, Rabu (9/6).
Setelah petugas yang mengatur antrian warga turun tangan, dalam waktu satu jam kemudian kerumunan dan antrian warga pun mencair dan relatif tertib. Menanggapi pemandangan tersebut, gubernur menegaskan, program vaksinasi di Gedung Gradhika Bhakti Praja diprioritaskan bagi warga telah berusia 50 tahun ke atas.
“Bagi warga usia di bawahnya boleh ikut vaksinasi. Namun syaratnya harus membawa orang tua atau tetangga berusia minimal 50 tahun sebanyak dua orang yang sudah berusia di atas 50 tahun,” tegasnya.
Gubernur juga mengakui, tingginya animo masyarakat bisa dilihat saat mereka datang terlalu pagi, dan petugas yang ada lambat untuk mengantisipasi. Maka begitu mendapatkan kabar situasi di halaman Gradhika Bakti Praja langsung bergegas menuju lokasi. “Ternyata mereka datang sebelum jam layanan, jadi belum terantisipasi model antrinya,” jelas gubernur.
Selain itu, lanjut Ganjar, juga banyak beredar informasi keliru di masyarakat. Dalam informasi di grup-grup Whatsapp, beredar kabar yang bisa divaksin adalah warga yang berusia 18 hingga 59 tahun.
Maka sistem pelaksanaannya segera diatur ulang. “Alhamdulillah, sudah bisa diperbaiki dan selanjutnya warga yang antri bisa tertib,” tegasnya.
Gubernur menambahkan, animo warga untuk mengikuti program vaksinasi massal yang digelar Pemprov Jateng memang cukup tinggi. Hal itu terlihat pada pemandangan antrian warga yangsempat terjadi di halaman maupun depan Gedung Gradhika Bakti Praja.
Maka beberapa petugas pun terpaksa harus menolak sebagian warga yang sudah ikut antri, karena usia mereka masih di bawah 50 tahun. “Sekarang pulang dulu, besok ke sini lagi bawa orang tuanya yang usianya sudah 50 tahun lebih. Tetangga juga boleh, yang penting manula sesuai dengan prioritas vaksinasi massal kali ini,” ujarnya.
Ganjar sendiri kembali melakukan pemantauan pelaksanaan vaksinasi hari kedua, sebelum bertolak mengecek penanganan Covid-19 di Kabupaten Boyolali. Pada kesempatan itu, ia pun meminta warga untuk tertib dan tetap mengedepankan kelompok yang diprioritaskan.
Sebab saat ini, jumlah vaksin yang diterima oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) masih sangat terbatas. Menurutnya, pada Juli nanti stok vaksin akan datang lagi lebih banyak, maka nanti bisa dipakai untuk warga selain lansia. “Jadi semua saya minta untuk bersabar, karena kita prioritaskan lansia dulu,” tegasnya.
Ganjar juga mengimbau warga yang akan vaksinasi di pemprov agar tetap taat protokol kesehatan. Pihaknya telah mengevaluasi dan membuat protokol antrian baru agar tidak terjadi kepadatan seperti pagi tadi.
“Kepada warga yang akan mengikuti vaksin juga saya imbau untuk tetap mematuhi protokol kesehatan, tidak menciptakan kerumunan dalam antrian,” kata dia.
Sementara itu, kerumunan warga yang sempat terjadi pada hari kedua pelaksanaan vaksinasi massal di Gedung Gradhika Bhakti Praja mendapat kritikan dari wakil rakyat Provinsi Jateng. Anggota Komisi E DPRD Jateng, Yudi Indras Wiendarto mengatakan, antusiasme masyarakat untuk mengikuti vaksinasi tidak diimbangi dengan pengaturan dan jumlah petugas yang memadai.
Dengan hanya membawa KTP, masyarakat berbondong-bondong datang di Gedung Gradhika. Semula, antrian tertata rapi, namun setelah masyarakat yang datang semakin berlipat maka kursi-kursi di bawah tenda antrean tak lagi mencukupi.
Mereka rela mengantri berjubel dengan berdiri di sekitar tenda. Celakanya, tidak menerapkan protokol kesehatan karena tidak berjaga jarak satu sama lain.
“Sejumlah video yang sempat diunggah di media sosial sempat merekam kondisi antrian vaksinasi di Gradhika Bhakti Praja yang tak mengindahkan jaga jarak,” katanya.
Maka ia pun mengingatkan agar niat percepatan vaksinasi Covid-19 tersebut justru memicu munculnya klaster baru. Kalau tidak mengindahkan protokol kesehatan dan tak menjaga jarak berbahaya, malah bisa saling menularkan virus.
Legislator Partai Gerindra ini juga melihat, petugas juga tak siap dengan membeludaknya kedatangan warga. “Hal itu justru menunjukkan ketidaksiapan pemprov dalam mengantisipasi animo warga,” ujar dia.