REPUBLIKA.CO.ID, KABUL— Kelompok bersenjata Taliban menyebut orang-orang yang pernah bekerja untuk pasukan asing akan aman tinggal di Afghanistan. Namun mereka disebut harus menunjukkan penyesalan dan tidak meninggalkan negara yang dilanda perang tersebut.
"Mereka tidak akan berada dalam bahaya selama berada di pihak kita. Tidak ada yang saat ini harus meninggalkan negara itu," jelas Taliban dalam sebuah pernyataan dilansir dari Aljazeera, Senin (7/6).
“Emirat Islam ingin memberi tahu semua orang bahwa mereka harus menunjukkan penyesalan atas tindakan masa lalu mereka. Dan tidak boleh terlibat dalam kegiatan seperti itu di masa depan yang berarti pengkhianatan terhadap Islam dan negara," tambahnya.
Pernyataan itu muncul ketika pasukan Amerika Serikat dan NATO terus menarik diri dari negara tersebut. Hal ini terjadi setelah Presiden Amerika Serikat Joe Biden menetapkan 11 September sebagai batas waktu untuk mengakhiri keterlibatan militer Washington selama 20 tahun di negara itu.
Ribuan orang Afghanistan bekerja dengan pasukan internasional dalam 20 tahun terakhir sebagai penerjemah, penjaga keamanan, dan pembantu dalam kapasitas lain. Mereka takut akan pembalasan dari Taliban begitu pasukan asing pergi sehingga banyak yang telah mengajukan permohonan visa khusus untuk meninggalkan negara itu.
Beberapa negara termasuk Amerika Serikat, Jerman, dan Inggris memiliki program untuk memukimkan kembali staf lokal mereka.
Tercatat ada sekitar 18 ribu warga Afghanistan yang mencari visa imigrasi khusus saat ini sedang menunggu di kedutaan Amerika Serikat di Kabul. Ribuan lainnya telah dimukimkan kembali ke negara-negara tempat mereka bekerja.
Pekan lalu, Taliban juga mencoba menenangkan kedutaan asing setelah misi Australia ditutup di Kabul. Kelompok itu mengatakan akan menyediakan lingkungan yang aman bagi misi ini untuk bekerja bahkan setelah pasukan asing meninggalkan negara itu.
Menurut No One Left Behind, sebuah organisasi non-pemerintah Amerika Serikat, sekitar 300 orang yang bekerja sebagai staf lokal untuk militer Amerika Serikat atau anggota keluarga mereka telah bekerja sejak 2016. Di masa lalu, Taliban mengatakan orang Afghanistan yang bekerja dengan "penjajah" adalah "pengkhianat" atau "budak".
Kelompok itu meminta orang-orang Afghanistan ini untuk "menunjukkan penyesalan atas tindakan mereka di masa lalu. Dan mengatakan mereka tidak boleh terlibat dalam kegiatan seperti itu di masa depan.
“Kami memandang mereka sebagai musuh kami ketika mereka secara langsung berdiri di barisan musuh kami. Tetapi ketika mereka meninggalkan barisan musuh dan memilih untuk hidup sebagai warga Afghanistan biasa di tanah air mereka, mereka tidak akan menghadapi masalah apapun,"kata pernyataan tersebut.
Namun pernyataan ini dipertanyakan warga lokal. Di media sosial, terutama di Twitter, ada yang mendukung Taliban juga secara rutin mengungkapkan gagasan tentang bagaimana staf lokal harus ditangani setelah pasukan ditarik. Mereka mengatakan, antara lain, bahwa seseorang tidak akan pernah bisa memaafkan mereka yang dulu bekerja untuk orang asing.
Selama dua dekade terakhir, puluhan penerjemah Afghanistan telah terbunuh dan disiksa dalam serangan yang ditargetkan Taliban. Dalam beberapa pekan terakhir, banyak dari warga Afghanistan ini telah melakukan demonstrasi di Kabul, menuntut agar pasukan asing dan kedutaan besar yang bekerja sama dengan mereka harus memindahkan mereka ke luar Afghanistan.
“Mereka melacak kita,” Omid Mahmoodi, seorang penerjemah yang bekerja dengan pasukan Amerika Serikat antara 2018 dan 2020, mengatakan kepada kantor berita AFP pekan lalu.
"Taliban tidak akan memaafkan kami. Mereka akan membunuh kita dan mereka akan memenggal kepala kita,"tambahnya.
Penerjemah lain, Omar, yang bekerja dengan kedutaan Amerika Serikat selama sekitar 10 tahun, khawatir bahwa tanpa meninggalkan negara itu ia tidak akan lama menghindari Taliban.
"Saya menyesal bekerja untuk Amerika Serikat. Itu adalah kesalahan terbesar dalam hidup saya,” kata Omar, yang meminta AFP untuk tidak menggunakan nama lengkapnya. “Paman dan sepupu saya sendiri memanggil saya agen Amerika,"tambahnya.