Kamis 10 Jun 2021 20:00 WIB

Kasus Covid-19 Naik, RS di Bandung Tampah Tempat Tidur

Tempat tidur di RS Bandung ditambah akibat kasus covid-19 naik.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Muhammad Hafil
Kasus Covid-19 Naik, RS di Bandung Tampah Tempat Tidur. Foto ilustrasi: Petugas keamanan berjaga di area Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA), Kota Bandung, Kamis (3/6). Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan, tingkat keterisian rumah sakit di Jawa Barat mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dari 30,6 persen pada minggu lalu menjadi 38,2 persen imbas mudik dan libur Lebaran Idul Fitri 2021. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Kasus Covid-19 Naik, RS di Bandung Tampah Tempat Tidur. Foto ilustrasi: Petugas keamanan berjaga di area Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA), Kota Bandung, Kamis (3/6). Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan, tingkat keterisian rumah sakit di Jawa Barat mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dari 30,6 persen pada minggu lalu menjadi 38,2 persen imbas mudik dan libur Lebaran Idul Fitri 2021. Foto: Republika/Abdan Syakura

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sejumlah rumah sakit rujukan Covid-19 di Kota Bandung telah menambah tempat tidur bagi pasien Covid-19 pasca terjadi peningkatan kasus. Keterisian tempat tidur pasien Covid-19 sempat menyentuh angka 80 persen dan saat ini berangsur turun menjadi 78.86 persen dampak penambahan tempat tidur.

"Ketersediaan tempat tidur perhari kemarin memang BORnya di 78.86 persen sudah melebihi angka standar WHO yang seharusnya dibawah 60 persen. Kalau diatas 60 persen harus waspada," ujar Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung Rosye Arosdiani, Kamis (10/6).

Baca Juga

Ia menuturkan, angka keterisian tempat tidur pasien Covid-19 di rumah sakit yang turun dari 80 persen menjadi 78.86 persen karena dalam satu hari terdapat penambahan tempat tidur sebanyak 85 unit dari semua rumah sakit. Selain itu, pasien Covid-19 yang dirawat banyak yang berasal dari luar wilayah Bandung Raya.

Rosye mengatakan 56.11 persen keterisian tempat tidur diisi oleh warga Kota Bandung dan 43.89 persen diisi oleh warga luar Kota Bandung. Ia mendorong kepada pemerintah Provinsi Jawa Barat dan pusat agar tempat tidur di rumah sakit di luar Kota Bandung dapat ditambah.

Sebab, tempat tidur pasien Covid-19 di rumah sakit di Kota Bandung banyak diisi oleh pasien dari luar Kota Bandung. Dengan peningkatan jumlah tempat tidur, ia menuturkan dapat membantu Kota Bandung dalam penanganan Covid-19 meski bukan solusi jangka panjang.

Ia mengatakan, peningkatan kasus Covid-19 di Kota Bandung berkaitan erat dengan pergerakan dan interaksi masyarakat termasuk dampak libur panjang kemarin. Selain itu, kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan relatif menurun.

Selain itu, keterisian tempat tidur di dua hotel di Kota Bandung yang digunakan tempat isolasi mandiri hampir penuh. Dari total 80 tempat tidur yang ada di dua hotel tersebut sudah terisi 68 unit.

Rosye menambahkan, kasus Covid-19 di Kota Bandung mengalami peningkatan secara perlahan-lahan pasca libur Lebaran 1422 Hijriah kemarin. Meski peningkatan kasus Covid-19 di Kota Bandung tidak melonjak signifikan, namun masyarakat tetap harus mewaspadai kondisi tersebut.

Ia mengatakan mayoritas masyarakat yang terpapar Covid-19 di Kota Bandung berusia produktif sedangkan kematian akibat Covid-19 didominasi oleh para lansia. Laju penyebaran Covid-19 atau positivity rate di Bandung saat ini berada di angka 6 persen lebih sehingga belum dapat dianggap terkendali.

Ia mengatakan, penyebaran kasus positif aktif Covid-19 di Kota Bandung berada di 29 kecamatan sedangkan satu kecamatan yaitu Kecamatan Cidadap kemarin nihil kasus positif aktif. Sedangkan kecamatan tertinggi kasus positif aktif yaitu Buah Batu 69 kasus, Ujung Berung 60 kasus dan Rancasari 53 kasus.

"Kita zona oranye, di Jabar dua zona merah Ciamis dan Kabupaten Bandung Barat," katanya.

Ia mengajak masyarakat tetap tenang dan tetap menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin seperti memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, mengurangi mobilitas dan menjauhi kerumunan. Pihak pemerintah sendiri terus melakukan pengetesan, pelacakan dan perawatan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement