Oleh : Syukron Jazila, Pendiri dan Direktur Eksekutif Wahib Institute
REPUBLIKA.CO.ID, Membicarakan soal kualitas pendidikan di Indonesia, mula-mula tentu tidak bisa dilepaskan dari kualitas lulusan tingkat Sekolah Menengah Atas. Landasannya, lulusan ini akan menjadi input product di perguruan tinggi yang nantinya menentukan bagaimana corak berpikir (the way of thinking) dan iklim kompetisi belajar di bangku kuliah —sebagai tingkat pendidikan selanjutnya.
Dalam tiga tahun terakhir misalnya, sebagaimana survei kualitas pendidikan oleh PISA (Programme for International Student Assessment), Indonesia menduduki peringkat ke-72 dari 77 negara. Berada di peringkat keenam terbawah; dikalahkan oleh Malaysia dan Brunei Darussalam.
Apalagi jika dibandingkan dengan Singapura -yang menduduki urutan kedua teratas setelah China. Bahkan, QS World Ranking melaporkan kualitas perguruan tinggi Indonesia tidak juga dapat melampaui negara-negara tetangganya di ASEAN.
Dari data itu, kemudian bisa ditarik benang merah. Secara substansial —bukan saja secara statistik— problemnya ada pada; pertama, variabel lulusan sekolah menengah; kedua, metode dan sistem perguruan tinggi di Indonesia sendiri nantinya yang masih stagnan adalah pokok persoalan lain yang juga sangatlah kompleks.