Jumat 11 Jun 2021 04:13 WIB

Kurang Tidur, Diebetesi Hadapi Risiko Kematian Lebih Tinggi

Semua orang perlu memastikan kecukupan tidur.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Kurang tidur (ilustrasi). Sebuah penelitian yang melibatkan hampir setengah juta orang di Inggris menunjukan diabetesi yang secara teratur berjuang melawan masalah tidur menghadapi risiko kematian lebih tinggi.
Foto: www.freepik.com
Kurang tidur (ilustrasi). Sebuah penelitian yang melibatkan hampir setengah juta orang di Inggris menunjukan diabetesi yang secara teratur berjuang melawan masalah tidur menghadapi risiko kematian lebih tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gaya hidup sehat, termasuk memastikan kecukupan tidur, perlu diterapkan setiap orang. Terlebih lagi bagi yang menderita suatu penyakit, tidur tentu merupakan rutinitas yang tidak boleh diabaikan.

Sebuah studi baru menunjukan pengidap diabetes (diabetesi) yang kurang tidur, menghadapi risiko kematian yang lebih tinggi. Para peneliti mencatat 87 persen peningkatan risiko kematian bagi mereka yang mengidap penyakit kencing manis dan masalah tidur.

Baca Juga

Sebuah penelitian yang melibatkan hampir setengah juta orang di Inggris itu menunjukan diabetesi yang secara teratur berjuang melawan masalah tidur menghadapi risiko kematian lebih tinggi.

"Diabetes saja sudah dikaitkan dengan 67 persen peningkatan risiko kematian," kata Prof Kristen Knutson dari Northwestern University yang juga rekan penulis senior studi tersebut, dalam rilis yang diunggah di EurekAlert.org, dilansir Fox News, Kamis (10/6).

Lalu, menurut Knutson, risiko kematian peserta dengan diabetes yang dikombinasikan dengan masalah tidur, meningkat menjadi 87 persen. Jadi, penting bagi dokter untuk menangani masalah tidur dan faktor risiko lainnya bagi pasien diabetes. Dokter juga perlu memeriksa gangguan tidur dan mempertimbangkan perawatan yang sesuai.

"Meskipun kita sudah tahu bahwa ada hubungan kuat antara kurang tidur dan kesehatan yang buruk, ini menggambarkan masalah dengan jelas," kata Malcolm von Schantz, pemimpin studi dan profesor kronobiologi di University of Surrey.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement