REPUBLIKA.CO.ID, SOLO--Bank Indonesia (BI) Solo menyatakan tren pertumbuhan ekonomi di Solo Raya sudah memasuki zona positif di tengah pandemi Covid-19 saat ini. Penerapan protokol kesehatan secara disiplin dan meluasnya sasaran vaksinasi Covid-19 diharapkan semakin mendorong pertumbuhan ekonomi Solo Raya.
Kepala Perwakilan BI Solo, Nugroho Joko Prastowo, mengatakan, pertumbuhan ekonomi Solo Raya terkontraksi 1,58 persen pada 2020. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah yang terkontraksi 2,65 persen dan nasional minus 2,07 persen.
Nugroho menjelaskan, khusus di Solo Raya peningkatan aktivitas ekonomi terlihat meski ada pembatasan mudik tetapi permintaan uang kartal meningkat. Pada momen Ramadhan tahun lalu realisasi permintaan uang kartal sebesar Rp 3 triliun. Ramadhan tahun ini diperkirakan naik menjadi Rp 3,7 triliun, tetapi ternyata realisasinya mencapai Rp 4,52 triliun."Itu menandakan ekonomi di Solo Raya sudah mulai menggeliat," ucapnya kepada wartawan, Rabu (9/6).
Faktor kedua, lanjutnya, dilihat dari data lalu lintas, terutama lalu lintas masuk jalan tol di Solo Raya sudah tinggi. Pada Maret dan April 2021 lalu lintas kendaraan di jalan tol Solo Raya masing-masing mencapai sekitar 700 ribu unit. Jumlahnya meningkat dibandingkan Januari-Februari yang masing-masing di kisaran 500 ribu unit.
"Inilah mengapa kami optimistis Solo Raya sudah memasuki zona positif dan tinggi. Secara historis, ekonomi Solo Raya selalu lebih tinggi dari Jawa Tengah dan nasional," paparnya.
Di samping itu, Nugroho menyebut tren pertumbuhan kredit di Solo Raya juga mulai meningkat. Dia mengungkapkan, ketika pertumbuhan kredit nasional negatif 11 persen tahun lalu, di Solo Raya masih positif 2 persen. Angka tersebut memang turun dari biasanya di atas 10 persen tetapi tidak negatif.
"Dan sekarang mulai naik lagi karena beberapa kredit mulai meningkat. Salah satunya kredit kendaraan bermotor (KKB) karena kemarin banyak insentif, beli mobil baru murah karena ada subsidi PPnBM," terangnya.
Selain itu, adanya insentif di sektor properti berupa PPn 10 persen ditanggung pemerintah juga dinilai meningkatkan kredit kepemilikan rumah (KPR). Uang muka (down payment/DP) nol persen juga menjadi faktor utama peningkatan kredit.
"Harapannya ini bergulir ke kredit-kredit modal kerja lainnya. Ekonomi bergulir kan perlu modal. Kami optimistis kuartal kedua akan tinggi," ucap Nugroho.
Dia menambahkan, pertumbuhan ekonomi nasional kuartal I-2021 masih terkontraksi 0,74 persen. Namun, Nugroho menyebut trennya semakin positif dibandingkan kuartal-kuartal sebelumnya. Pada kuartal II-2020 ekonomi nasional minus 5,32 persen, kemudian masih minus 3,49 persen pada kuartal III dan minus 2,19 persen pada kuartal IV.
"Sekarang minus 0,74 persen ini trennya akan positif. Secara normal ini akan memasuki zona positif. Tapi karena kuartal II tahun lalu rendah, minus 5,32 persen maka ada faktor based tahun dasar. Makanya banyak yang memperkirakan kuartal II akan positif dan tinggi sekitar 7 persen bahkan lebih tinggi dari itu karena aktivitas ekonomi sudah mulai menggeliat," jelasnya.
Meski demikian, Nugroho menyatakan faktor-faktor yang perlu diwaspadai terutama saat ada lonjakan kasus penyebaran Covid-19. Sebab, hal itu akan menyebabkan pengetatan aktivitas masyarakat sehingga berdampak apda perekonomian. Dia berharap, masyarakat semakin disiplin menerapkan protokol kesehatan sehingga aktivitas ekonomi kembali normal.