REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penularan Covid-19 masih terjadi di Tanah Air. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bahan mencatat sebanyak 65 kasus mutasi Covid-19 ada di Indonesia hingga Kamis (10/6).
Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono menyebutkan, ada 17 laboratorium di seluruh wilayah Indonesia yang mampu melakukan pemeriksaan genome sequencing untuk mendeteksi varian-varian baru. Kemenkes mengirim secara random sampel Covid-19 ke laboratorium itu.
"Kemudian data tersebut dikompilasi, kemudian kami melakukan analisis. Sejauh ini sudah terdapat 65 kasus mutasi virus yang diperiksa 17 laboratorium," ujarnya saat berbicara di konferensi virtual FMB9, bertema 'Antisipasi Peningkatan Kasus Covid-19 di Daerah', Kamis (10/6).
Namun, ia tidak menyebutkan secara detil dimana saja terjadinya 65 kasus tersebut. Ia mengakui, adanya mutasi membuat penularan terjadi secara masif dan cepat.
Menurutnya ini merupakan tolok ukur bahwa ada varian baru dari varian yang biasanya ditemukan di tempat sebelumnya. Jadi, varian tersebut perlu dideteksi. "Sehingga pendekatan yang lebih intensif kami lakukan di daerah-daerah yang mengalami lonjakan kasus yang cepat," katanya.
Di kesempatan yang sama Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Syarifah Ambami Rato Ebu (Syamrabu) Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, Nunuk Kristiani mengatakan, hingga saat ini belum terbukti ada mutasi Covid-19 di Bangkalan. "Sejauh ini belum ada statement mutasi virus Corona di Bangkalan," katanya.
Ia mengakui, pasien terinfeksi varian baru virus ini sempat dirawat di RSUD Dr Soetomo, Surabaya, Jawa Timur. Kendati demikian, dia melanjutkan, pasien sudah mendapatkan terapi dan isolasi dan kemudian dites hingga hasilnya negatif Covid-19 sebanyak tiga kali. Akhirnya, pasien sudah dinyatakan sembuh dan kembali ke rumahnya masing-masing. Jadi, dia menambahkan, lonjakan kasus yang terjadi di Bangkalan sejauh ini belum ada penyebabnya. "Apakah mutasi virus atau bukan, ini masih dalam penelitian," ujarnya.