REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN — Salah satu kandidat presiden Iran, yang juga merupakan mantan kepala Bank Sentral Iran, Abdolnasser Hemati, mengatakan bahwa jika memenangkan pemilihan sebagai pemimpin baru negara itu, dia akan bersedia bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.
Menurut Hemmati, Amerika Serikat perlu mengirim sinyal lebih baik dan dekat ke Republik Islam. Dia juga menekankan kembalinya Washington ke Kesepakatan Nuklir 2015 adalah kunci untuk setiap kemungkinan hubungan, di tengah ketegangan yang lebih luas di Timur Tengah.
“Saya pikir Iran belum melihat sesuatu yang serius dari Biden. Pertama, Amerika Serikat harus kembali ke kesepakatan nuklir dan jika melihat proses dan kepercayaan diri yang lebih besar, maka kita bisa membicarakannya,” ujar Hemmati dałam sebuah pernyataan, seperti dilansir Israel National News, Kamis (10/6).
Hemmati dipandang secara luas sebagai kandidat presiden Iran yang akan melakukan kebijakan moderat yang sama di dalam negeri. Dia mengatakan bahwa sinyal yang diharapkan Iran dari Amerika Serikat adalah kembalinya Washington ke kesepakatan nuklir.
Kunjungan dengan Biden juga akan bergantung dalam kerangka kebijakan umum sistem yang berkuasa. Hemmati mengatakan bahwa Amerika telah mengiris sinyal positif sejauh ini.
“Namn, itu belum cukup kuat. Jika ada sinyal yang lebih kuat, itu akan mempengaruhi seberapa optimistis tau pesimistis Iran,” jelas Hemmati.
Ditanya tentang apakah Iran bersedia menerima pembatasan lebih lanjut, seperti pada program rudal balistik untuk mendapatkan keringanan sanksi, Hemmati mengatakan Teheran akan menolak tawaran semacam itu. Komentar ini muncul ketika Biden telah terlibat dalam pembicaraan tidak langsung dengan Iran tentang membalikkan keluarnya AS di era kepemimpinan mantan presiden Donald Trump dari kesepakatan nuklir 2015.
Diskusi di Wina, yang ditengahi para diplomat Eropa, telah terkunci dalam perselisihan tentang sanksi mana yang akan dicabut.
Iran bersikeras pada penghapusan semua sanksi, sementara Pemerintah Amerika Serikat yang dipimpin Biden saat ini bersikeras bahwa beberapa akan tetap ada jika dikenakan karena masalah lain, termasuk hak asasi manusia dan dukungan Iran untuk gerakan ekstremis.
Putaran kelima pembicaraan tidak langsung antara Amerika Serikat dan Iran berakhir pada 2 Juni dan putaran keenam dijadwalkan akan dimulai akhir pekan ini.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan pekan lalu bahwa rintangan tetap ada setelah pembicaraan putaran kelima dan tidak mengesampingkan kemungkinan kesepakatan di putaran berikutnya.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken menekankan bahwa ratusan sanksi Amerika Serikat akan tetap berlaku terhadap Iran bahkan jika negaranya kembali bergabung dalam kesepakatan nuklir.
Sumber: israelnationalnews