Jumat 11 Jun 2021 08:30 WIB

Cile Terapkan Karantina Wilayah di Santiago

Kasus Covid-19 di Santiago berada di titik tertinggi sejak pandemi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)
Foto: EPA/CDC
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SANTIAGO -- Pihak berwenang kesehatan Cile mengumumkan karantina wilayah di Santiago usai angka kasus positif virus Corona di ibu kota itu melonjak ke titik tertinggi sejak pandemi dimulai. Kasus infeksi di Cile merangkak naik walaupun lebih dari setengah populasinya sudah vaksinasi.

Perkembangan ini akan menjadi peringatan bagi pihak berwenang di seluruh dunia yang memperdebatkan kapan membuka kembali perbatasan setelah program vaksinasi digelar. Dalam dua pekan terakhir kasus infeksi di seluruh Cile naik 17 persen dan 25 persen di wilayah Metropolitan termasuk Santiago yang dihuni separuh populasi negeri.

Baca Juga

Ranjang unit gawat darurat di ibukota sudah terisi hingga 98 persen dari total kapasitasnya. Presiden Federasi Asosiasi Perawat Nasional Cike (FENASENF) Jose Luis Espinoza mengatakan anggotanya 'diambang keambrukan'.

Cile salah satu negara dengan angka vaksinasi tercepat di dunia. Sekitar 75 persen dari 15 juta populasinya sudah divaksin dosis pertama dan hampir 58 persen sudah menerima dosis kedua.

Berdasarkan data kantor berita Reuters, Jumat (11/6) per kapita di antara negara-negara besar, Cile pemimpin program vaksinasi di benua Amerika. Berada di urutan kelima di seluruh dunia.

Sejauh ini mereka sudah menggunakan 23 juta dosis vaksin, 17,2 juta dosis dari Sinovac, 4,6 juta dosis Pfizer/BioNTech, dan kurang dari 1 juta dosis vaksin AstraZeneca dan CanSino. Pakar medis menegaskan vaksin tidak 100 persen efektif dan butuh waktu untuk akhirnya benar-benar manjur.

Para pakar juga menilai gelombang kedua wabah virus Corona didorong karena masyarakat lelah pada karantina nasional dan munculnya varian baru yang lebih menular.

Kementerian Kesehatan Cile mengatakan 7.716 kasus positif yang tercatat Rabu (9/6) dan Kamis (10/6) lalu. Sebanyak 73 persen di antaranya baru menerima vaksin dosis pertama dan 74 persen berusia di bawah 49 tahun.  

Dokter gawat darurat  University of Chile Dr. Cesar Cortes mengatakan masyarakat yang berada di rumah tahun lalu kini lebih takut kehilangan pekerjaan. "Tahun lalu sirkulasinya rendah dan kebijakan menahan orang di rumah lebih efektif karena orang takut meninggal, hal itu tidak terjadi lagi," katanya.

Ia menambahkan tanpa vaksin Cile akan mengalami situasi yang lebih buruk. "Situasi rumit yang kami lihat sekarang akan menjadi bencana," kata Cortes.

Regulator kesehatan Chili, ISP mengatakan urutan genom virus antara bulan Juni dan Desember mengkonfirmasi varian Brasil P1 menjadi varian yang paling umum di negara itu. Varian tersebut 'dua kali lebih menular dibandingkan varian asli'.

Kini Cile sedang mendorong vaksinasi pada remaja usai mengimunisasi kelompok yang lebih tua. Dua pekan lalu negara Amerika Latin itu memperkenalkan kartu yang mengizinkan masyarakat bergerak lebih bebas setelah vaksinasi.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement