REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Kesenjangan atau defisit anggaran Amerika Serikat melampaui 2 triliun dolar AS atau setara Rp 28.600 triliun (kurs Rp 14.300 per dolar AS) dalam delapan bulan pertama tahun fiskal 2021. Hal ini karena stimulus pemerintah mengalir ke ekonomi untuk memerangi pandemi virus corona.
Seperti dilansir dari laman Bloomberg, Jumat (11/6) kekurangan per Mei 2021 sebesar 2,06 triliun dolar AS dibandingkan 1,88 triliun dolar AS pada periode tahun sebelumnya. Berdasarkan data Departemen Keuangan secara bulanan, selisihnya sebesar 132 miliar dolar AS pada Mei 2021 dibandingkan 398,8 miliar dolar AS pada Mei 2020, di tengah gelombang awal bantuan Covid-19.
Partai Republik menilai beban utang yang meningkat sebagai risiko bagi ekonomi AS, terutama karena tekanan inflasi meningkat dan berpotensi meningkatkan pembayaran bunga atas utang itu.
Pada saat yang sama, Washington mengkhawatirkan beban utang pemerintah dalam beberapa tahun terakhir di tengah suku bunga rendah yang berkelanjutan. Pemerintahan Joe Biden memperkirakan utang nasional hanya akan meningkat sedikit dalam dekade mendatang.
Anggaran yang diusulkan Presiden Joe Biden, yang dirilis bulan lalu, memperkirakan defisit anggaran negara mencapai 1,84 triliun dolar AS pada tahun fiskal 2022. Perkiraan angka defisit ini dengan asumsi Kongres meloloskan agenda investasi ekonomi dan pajak Pemerintahan Joe Biden.
Data anggaran Mei menunjukkan pengeluaran federal mencapai 595,7 miliar dolar AS, sedangkan penerimaan mencapai 463,7 miliar dolar AS. Dengan pengeluaran lebih besar terkait dengan respons pandemi melebihi pergeseran tanggal jatuh tempo terhadap pajak.
Sementara penyaluran dana stimulus ekonomi mencapai 11 miliar dolar AS atau turun dari 58 miliar dolar AS pada April dan 339 miliar dolar AS pada Maret.