REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Perusahaan transportasi berbasia digital di China, Didi, mengalami kerugian bersih hingga 1,6 miliar dolar AS atau sekitar Rp22,8 triliun sepanjang 2020. Hal tersebut diungkapkan seiring rencana perusahaan melakukan penawaran umum perdana (IPO) di Amerika Serikat (AS).
Didi berencana menggelar IPO tahun ini. Perusahaan akan terdaftar sebagai Xiaou Kuazhi dengan menunjuk Goldman Sachs Group, Morgan Stanley, dan JPMorgan Chase untuk memimpin penawaran.
Didi, salah satu investasi terbesar dalam portofolio SoftBank Group mempercepat rencana pencatatan setelah bisnisnya pulih dari dampak pandemi Covid-19 di China. Perusahaan telah mempertimbangkan untuk mencari pendanaan 70 miliar hingga 100 miliar dolar AS dalam IPO.
Dalam beberapa bulan terakhir, Didi telah melakukan perdagangan dengan valuasi sekitar 95 miliar dolar AS di pasar sekunder. Perusahaan terakhir mengumpulkan dana dengan nilai 62 miliar dolar AS pada tahun lalu, menurut PitchBook. Perwakilan Didi menolak berkomentar tentang penilaian perusahaan.