REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Eks kepala dinas intelijen Mossad Israel Yossi Cohen memberi sinyal bahwa Israel berada di balik serangan baru-baru ini yang menargetkan program nuklir Iran dan seorang ilmuwan militer. Dia juga memberikan peringatan kepada ilmuwan lain dalam program nuklir Iran bahwa bisa menjadi target pembunuhan.
Cohen berbicara kepada program investigasi Channel 12 Israel “Uvda” dalam segmen yang ditayangkan Kamis (10/6) malam. "Jika ilmuwan bersedia mengubah karier dan tidak akan menyakiti kita lagi, ya kadang-kadang kami menawarkan mereka jalan keluar," katanya dalam acara tersebut.
Dari beberapa serangan besar yang menargetkan Iran, tidak ada yang menyerang lebih besar dari dua ledakan selama setahun terakhir di fasilitas nuklir Natanz. Fasilitas sentrifugal itu memperkaya uranium dari ruang bawah tanah yang dirancang untuk melindungi mereka dari serangan udara.
Pada Juli 2020, sebuah ledakan misterius menghancurkan perakitan sentrifugal canggih Natanz. Iran menuduh Israel berada di balik serangan itu. Kemudian, pada April tahun ini, ledakan lain merobek salah satu ruang pengayaan bawah tanahnya.
Pewawancara, jurnalis Ilan Dayan, mencoba menggambarkan deskripsi rinci tentang cara Israel menyelundupkan bahan peledak ke ruang bawah tanah Natanz.
"Orang yang bertanggung jawab atas ledakan ini, menjadi jelas, memastikan untuk memasok ke Iran fondasi marmer di mana sentrifugal ditempatkan. Ketika mereka memasang fondasi ini di dalam fasilitas Natanz, mereka tidak tahu bahwa itu sudah mencakup sejumlah besar bahan peledak," kata Dayan.
Dayan juga mengangkat pembunuhan atas Mohsen Fakhrizadeh pada November. Ilmuwan Iran itu memulai program nuklir militer Teheran beberapa dekade lalu. Badan-badan intelijen AS dan Badan Energi Atom Internasional meyakini Iran mengabaikan upaya terorganisasi untuk mencari senjata nuklir pada 2003.