REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Anggota Kongres Amerika Serikat (AS) Rashida Tlaib membela sesama anggota Muslim di Kongres Ilhan Omar setelah kepemimpinan Demokrat di DPR mengkritik Omar atas cicitannya di Twitter yang tampaknya menyamakan AS dengan Taliban. Tlaib mengatakan kepemimpinan Demokrat di DPR harus malu dengan nada kebijakan eksklusif tanpa henti pada anggota Kongres wanita kulit berwarna.
"Kebebasan berbicara tidak ada untuk wanita Muslim di Kongres. Keuntungan dari keraguan itu tidak ada untuk wanita Muslim di Kongres," tulis Tlaib di Twitter pada Kamis, dilansir di Anadolu Agency, Jumat (11/6).
Unggahan Tlaib di Twitter itu muncul setelah Ketua parlemen AS Nancy Pelosi dan politikus partai Demokrat lainnya mengkritisi dan mengecam unggahan Ilhan Omar di Twitter. Sebelumnya, pada Senin (7/6), Omar mengkritik Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken yang bertanggung jawab atas korban kejahatan kemanusiaan selama sidang Komite Urusan Luar Negeri DPR.
Omar kemudian mengunggah tweet yang berbunyi, "Kita harus memiliki tingkat akuntabilitas dan keadilan yang sama untuk semua korban kejahatan terhadap kemanusiaan. Kami telah melihat kekejaman yang luar biasa dilakukan oleh AS, Hamas, Israel, Afghanistan, dan Taliban."
Unggahan itu kemudian menuai kritikan baik dari Partai Republik maupun Demokrat. Mereka menuntut Omar mengklarifikasi pernyataannya dan beberapa pihak menyerukan untuk mencopotnya dari jabatan dan tugas sebagai komite parlemen.
Sementara itu, enam anggota tim pemimpin parlemen AS dari Demokrat yang diketuai Pelosi mengeluarkan teguran publik kepada Omar melalui Twitter. "Menarik perbandingan yang salah antara negara-negara demokrasi, seperti AS, Israel dengan kelompok-kelompok yang terlibat dalam terorisme, seperti Hamas dan Taliban menimbulkan prasangka dan merusak kemajuan perdamaian dan keamanan masa depan untuk semua," bunyi pernyataan tersebut.
Omar kemudian mengklarifikasi pernyataannya dengan mengatakan, "Pada Senin, saya bertanya kepada Menteri Luar Negeri Antony Blinken tentang penyelidikan Pengadilan Kriminal Internasional yang sedang berlangsung. Untuk lebih jelasnya: percakapan itu tentang pertanggungjawaban atas insiden spesifik terkait kasus-kasus ICC tersebut, bukan perbandingan moral antara Hamas dan Taliban dan AS dan Israel," kata Omar.
"Saya sama sekali tidak menyamakan organisasi teroris dengan negara-negara demokratis dengan sistem peradilan yang mapan," katanya.