Jumat 11 Jun 2021 16:32 WIB

RI Kembali Terima 1.504.800 Vaksin Astra Zeneca

Pada Sabtu (5/6), Indonesia juga telah menerima 313.100 dosis vaksin Astra Zeneca.

Rep: ferginadira/ Red: Hiru Muhammad
Petugas kepolisian berjaga di area kedatangan vaksin COVID-19 AstraZeneca di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Sabtu (8/5/2021). Sebanyak 1,3 juta vaksin COVID-19 AstraZeneca tiba di Indonesia melalui jalur multilateral yakni melalui skema Covax facility dan selanjutnya akan diproses di Bio Farma, Kota Bandung.
Foto: ANTARA/Fauzan
Petugas kepolisian berjaga di area kedatangan vaksin COVID-19 AstraZeneca di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Sabtu (8/5/2021). Sebanyak 1,3 juta vaksin COVID-19 AstraZeneca tiba di Indonesia melalui jalur multilateral yakni melalui skema Covax facility dan selanjutnya akan diproses di Bio Farma, Kota Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -Indonesia kembali menerima vaksin gratis dari Astra Zeneca, Kamis (10/6) malam. Penerimaan ini didapat melalui mekanisme Cova Facility.

"Alhamdulilah pada malam hari ini RI kembali menerima vaksin Astra Zeneca melalui jalur multilateral sebanyak 1.504.800 dosis," ujar Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi dalam konferensi pers secara virtual, Kamis malam.

Sebelumnya, pada Sabtu (5/6), Indonesia juga telah menerima 313.100 dosis vaksin Astra Zeneca. Pengiriman tersebut juga diperoleh melalui Covax Facility.

Menlu Retno merinci, dengan dua kedatangan vaksin Astra Zeneca pada 5 Juni dan 10 Juni, maka jumlah total vaksin Astra Zeneca dari Covax Facility yang diperoleh secara gratis adalah 8.228.400 dosis vaksin jadi.

"Jika ditambahkan secara keseluruhan, maka jumlah total vaksin yang telah diterima Indonesia saat ini adalah 93.728.400 dosis. Rinciannya adalah dari Sinovac sebesar 84.500.000, Astra Zeneca 8.228.400, dan Sinopharm sebanyak 1 juta," jelas Menlu Retno.

Selain itu, Menlu Retno mengumumkan bahwa pada Jumat (11/6) siang ini akan tiba satu juta dosis vaksin Sinopharm yang akan digunakan untuk program vaksin Gotong Royong. Indonesia saat ini menggunakan tiga vaksin tersebut yang telah memperoleh Emergency Use Listing (EUL) dari WHO.

Hal ini menunjukkan bahwa vaksin yang dipakai di Indonesia telah memenuhi persyaratan internasional dalam hal kualitas, keamanan dan efektivitasnya untuk digunakan pada masa darurat kesehatan. Sebagai informasi, hingga Kamis, WHO telah memberikan EUL kepada 6 jenis vaksin yaitu Pfizer, Johnson & Johnson, Moderna, Astrazeneca, Sinopharm dan Sinovac.

Pemerintah Indonesia, kata Retni, terus melakukan ikhtiar dan kerja keras untuk mengamankan pasokan vaksin dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri. "Kita semua memahami, bahwa vaksin adalah salah satu ikhtiar penting dan krusial dalam upaya menekan laju penyebaran virus Covid-19," tutur Retno.

Menlu Retno juga terus berupaya memastikan pasokan vaksin, baik dari jalur bilateral maupun multilateral. Kendati demikian, kesenjangan distribusi vaksin masih menjadi tantangan di dunia.

"Dari sekitar 2,2 miliar dosisi vaksin yang telah disuntikan, 75 persen berada hanya di 10 negara maju, dan hanya 0,4 persen yang berada di negara berpenghasilan rendah," ujar Menlu Retno.

Kawasan Amerika Utara telah memvaksinasi 64,33 persen dari total populasi. Sementara kawasan Eropa telah memvaksinasi 52,85 persen,  dan persentase di Kawasan Afrika baru mencapai 2,86 persen, sementara ASEAN 8,91 persen.

"Angka ini masih jauh dari target WHO yang mengharapkan setidaknya 10 persen penduduk di setiap negara telah divaksin pada bulan September, dan 30 persen pada akhir Desember tahun ini," tuturnya.

Untuk mengurangi tingkat kesenjangan tersebut, COVAX Facility telah mendorong mekanisme berbagi dosis. Sebagai salah satu co-chairs COVAX AMC Engagement Group, Indonesia memiliki tanggung jawab moral yang besar untuk terus memperjuangkan akses setara terhadap vaksin untuk semua negara.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement