REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi baru menyebutkan, dalam hal representasi layar dalam film, karakter muslim hampir tidak dapat ditemukan di mana pun. Namun, ketika tokoh Muslim dihadirkan, mayoritas karakter adalah laki-laki dan biasanya distereotipkan sebagai orang asing, menindas atau kejam.
USC Annenberg Inclusion Initiative melakukan analisis terhadap 200 film dari Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, dan Inggris pada 2017 hingga 2019. Laporan USC Annenberg Inclusion Initiative menemukan, bahwa hanya 19 dari proyek tersebut yang menyertakan setidaknya satu karakter Muslim yang mengucapkan satu kata atau lebih sepanjang film.
Sementara Muslim membentuk 24 persen dari populasi global, mereka membuat kurang dari 2 persen dari film yang diteliti, yang berarti dari 8.965 karakter yang berbicara dalam 200 film, 144 adalah Muslim. Dari 144 karakter Muslim, sekitar 34 adalah muslim perempuan.
“Representasi Muslim di layar memberi makan kebijakan yang diberlakukan, orang-orang yang terbunuh, negara-negara yang diserang,” kata Riz Ahmed, yang mendukung proyek penelitian tersebut.
“Data itu tidak bohong. Studi ini menunjukkan kepada kita skala masalah dalam film populer, dan biayanya diukur dalam potensi yang hilang dan nyawa yang hilang," tambah Riz Ahmed, dilansir dari USA Today, Jumat (11/6).