Sabtu 12 Jun 2021 16:17 WIB

Moderna Belum Temukan Hubungan Vaksin dan Peradangan Jantung

CDC menerima laporan orang berusia 16 hingga 24 tahun alami peradangan usai vaksin

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Tiga botol vaksin moderna (ilustrasi). Perusahaan farmasi Moderna belum menemukan hubungan antara vaksin Covid-19 dan kasus kondisi peradangan jantung langka. Penyakit itu dilaporkan muncul pada kelompok muda yang telah menerima suntikan vaksin.
Foto: EPA-EFE/MICHAEL SOHN
Tiga botol vaksin moderna (ilustrasi). Perusahaan farmasi Moderna belum menemukan hubungan antara vaksin Covid-19 dan kasus kondisi peradangan jantung langka. Penyakit itu dilaporkan muncul pada kelompok muda yang telah menerima suntikan vaksin.

REPUBLIKA.CO.ID, NEWYORK -- Perusahaan farmasi Moderna belum menemukan hubungan antara vaksin Covid-19 dan kasus kondisi peradangan jantung langka. Penyakit itu dilaporkan muncul pada kelompok muda yang telah menerima suntikan vaksin.

Perusahaan biotek yang berbasis di Massachusetts mengatakan kesimpulan diambil setelah dengan cermat meninjau data keamanan yang tersedia hingga saat ini untuk Vaksin Moderna COVID-19 soal kasus miokarditis dan/atau perikarditis. 

"Perusahaan akan terus memantau laporan-laporan ini dan secara aktif bekerja sama dengan pakar kesehatan masyarakat dan otoritas pengatur untuk menilai lebih lanjut masalah ini," tulis Moderna dalam sebuah pernyataan dilansir dari CNBC pada Sabtu (12/6).

Sayangnya juru bicara Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat tidak segera menanggapi permintaan komentar. Panel penasihat CDC mengadakan pertemuan darurat pada 18 Juni.

Mereka membahas laporan peradangan jantung yang jarang terjadi, tetapi lebih tinggi dari perkiraan, pada anak berusia 16 hingga 24 tahun setelah menerima dosis kedua vaksin Covid-19 Pfizer atau Moderna. 

Seorang pejabat CDC mengatakan pada Kamis lalu bahwa badan tersebut telah menerima laporan dari 275 kasus miokarditis atau perikarditis pada kelompok usia tersebut pada tanggal 31 Mei, lebih tinggi dari 10 hingga 102 kasus yang diperkirakan. Kondisi ini melibatkan peradangan otot jantung atau lapisan di sekitarnya. 

"Kami jelas memiliki ketidakseimbangan di sana," kata Tom Shimabukuro sebagai perwakilan Kantor Keamanan Imunisasi CDC pada Kamis lalu di pertemuan Komite Penasihat Vaksin dan Produk Biologi Terkait FDA. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement