REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Pada 6 Juni, satu keluarga Muslim ditabrak saat berjalan-jalan, dan dibunuh oleh seorang pengemudi berusia 20 tahun di London, Ontario. Hal ini membuat warga Muslim Kanada khawatir berjalan-jalan di sekitar lingkungan mereka.
"Saya merasa bersalah mengakui pertanyaan pertama yang muncul di benak saya adalah, Mungkinkah itu terjadi di sini pada keluarga saya juga?" kata reporter CBC Zahra Premji, dilansir di CBC, Ahad (13/6).
Empat dari lima anggota keluarga meninggal hari itu. Ibu, ayah, anak perempuan dan nenek. Hanya seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun yang selamat dan dirawat di rumah sakit.
Polisi meyakini anggota keluarga Afzaal menjadi sasaran serangan karena keyakinan Muslimnya. Pengemudi telah didakwa dengan empat tuduhan pembunuhan, dan satu tuduhan percobaan pembunuhan setelah tabrak lari.
"Tapi, tuduhan itu tidak akan membawa kembali keempat orang itu dan ada ketakutan berjalan kaki pada Muslim di Kanada. Saya mengakui saya adalah seorang wanita Muslim yang tidak mengenakan jilbab dan tidak mengenakan pakaian tradisional hampir setiap kali saya keluar untuk berjalan-jalan. Tapi saya tidak bisa mengubah keyakinan saya atau lebih tepatnya saya tidak mau. Dan saya tidak bisa menghapus warna kulit saya atau penampilan saya," ucapnya.
Dia mengatakan, berjalan merupakan salah satu kebutuhan dasar hidup dan salah satu dari sedikit hal yang bisa dilakukan seseorang untuk berolahraga serta menghirup udara segar selama pandemi. Namun, takut saat berjalan-jalan ini tidak terpikirkan oleh Premji. Pada kenyataannya, hal sederhana seperti berjalan kaki kini diwarnai ketakutan oleh warga Muslim.
"Saya hanya bisa berbicara sendiri ketika saya mengatakan saya menahan napas setiap kali saya mendengar kakek-nenek saya pergi jalan-jalan atau seorang teman Muslim keluar untuk jalan-jalan setelah makan malam. Tetapi mengapa kita harus takut pada kulit kita sendiri dan trotoar di luar rumah kita sendiri? Itu adalah pertanyaan yang belum saya temukan jawabannya," ucap Premji.
Amirali Jinnah (91 tahun) dan Roshan Jinnah (85) berjalan kaki setiap hari. Keduanya merupakan kakek-nenek dari Premji. Mereka juga Muslim.
"Saya takut Tuhan saya karena saya seorang Muslim juga dan kulit saya cokelat, jadi saya berpikir apa yang harus saya lakukan? Jika saya berjalan setiap hari, apa yang akan terjadi?" tanya Amirali.
Bagi Roshan, ketakutannya tidak hanya berakar pada agamanya, tetapi juga usianya. Jika seorang pengemudi menargetkan dirinya sebagai seorang wanita Muslim, dia khawatir dia tidak dapat melarikan diri.
"Saya takut, tapi saya akan tetap berani dan saya akan berjalan," kata Roshan.