REPUBLIKA.CO.ID, ACCRA -- Ghana melakukan upaya besar-besaran untuk menyelamatkan hutan. Penanaman lima juta pohon di Ghana dimulai pada Jumat (11/6). Gerakan ini sebagai bagian dari kampanye nasional untuk menyelamatkan cadangan hutan yang menipis.
"Ini saatnya beraksi. Kami sedang duduk di atas bom waktu," kata Menteri Tanah dan Sumber Daya Alam, Samuel Abu Jinapor.
Melalui program Green Ghana, pemerintah memberikan bibit gratis kepada orang-orang dari semua lapisan masyarakat, termasuk selebriti, pejabat, anggota parlemen, pemimpin tradisional, dan anak sekolah. Organisasi keagamaan dan amal serta kepala berbagai kelompok etnis juga ambil bagian dalam upaya penanaman bersama.
Presiden Nana Akufo-Addo menanam pohon peringatan di taman Jubilee House, pusat pemerintahan di ibukota, Accra, pada Jumat.
Menurut Jinapor, tujuan Green Ghana adalah untuk menyelamatkan kita sekarang dan generasi masa depan negara itu. "Kita tidak bisa mengecewakan pemimpin masa depan kita," ujarnya.
Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), Ghana adalah salah satu negara tropis dengan persentase kehilangan hutan hujan tertinggi di dunia. Tutupan hutan Ghana, menurut statistik pemerintah, saat ini mencapai 1,6 juta hektar, turun dari 8,2 juta hektar pada 1900.
Penambangan emas skala kecil informal dan penebangan pohon sembarangan tanpa reboisasi yang tepat telah menyebabkan degradasi lingkungan yang besar di negara ini. Akufo-Addo telah menjanjikan tindakan keras terhadap pertambangan skala kecil informal.
Direktur operasi di Komisi Kehutanan, Hugh Brown, mengatakan proyek Green Ghana tampak ambisius tetapi pemerintah berkomitmen untuk mempertahankannya selama lima tahun ke depan. "Kami memiliki proyek serupa di masa lalu. Begitu pohon ditanam, semua orang pergi ke arah mereka dan mereka akhirnya mati. Kali ini kami akan menjadikannya sebagai acara tahunan," katanya.