Senin 14 Jun 2021 05:51 WIB

Panglima Kodam Bergengsi Penjaga Ibu Kota

Jabatan Panglima Kodam Jaya paling strategis dibandingkan Pangdam lainnya, mengapa?

Panglima Kodam (Pangdam) Jaya, Mayjen Mulyo Aji.
Foto: Dok Pendam Jaya
Panglima Kodam (Pangdam) Jaya, Mayjen Mulyo Aji.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Selamat Ginting/Wartawan Senior Republika

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa memimpin serah terima jabatan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad), Panglima Komando Daerah Militer (Kodam) Jaya/Jayakarta serta empat pejabat teras Angkatan Darat lainnya.

Baca Juga

Serah terima berlangsung di Gedung E Markas Besar Angkatan Darat (Mabesad), Jakarta, Selasa (8/6/2021). Jabatan Pangkostrad dari Letjen TNI Eko Margiyono kepada Mayjen TNI Dudung Abdurachman. Pangdam Jaya dari Mayjen TNI Dudung Abdurachman kepada Mayjen TNI Mulyo Aji.

Kodam Jaya telah menggelar acara tradisi penyambutan dan penerimaan panglima baru Mayjen Mulyo Aji di Gedung Utama Jenderal TNI Umar Wirahadikusumah, Jalan Mayjen Sutoyo Nomor 5 Cililitan, Jakarta Timur, Jumat (4/6/2021).

Mulyo Aji merupakan Panglima ke 35-Kodam Jaya. Sejak Kodam Ibu Kota Negara itu dipimpin panglima pertama, almarhum Jenderal TNI (Purn) Umar Wirahadikusumah (1960-1966). Posisi Kodam ini sangat strategis, karena letaknya berada di Ibu Kota Negara.

Baca Juga: Pemikiran Ibnu Khaldun Soal Pajak yang Patut Ditiru

Awalnya bernama Komando Militer Kota Besar (KMKB) Djakarta Raya, berada di bawah Divisi Siliwangi. KMKB Djakarta Raya dibentuk pada 24 Desember 1949. Pada 24 Oktober 1959 KMKB-Djakarta Raya ditingkatkan menjadi Komando Daerah Militer V/Jayakarta (Kodam V/Jayakarta).

Bersamaan dengan penyempurnaan pembagian wilayah kodam-kodam. Peresmian Kodam V/Jaya dilakukan pada 18 Januari 1960 di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Komandan terakhir KMKB-Djakarta Raya adalah Kolonel (Infanteri) Umar Wirahadikusumah. Setelah menjadi Kodam V/Jaya, Umar tetap dipercaya memimpin kodam baru tersebut. Pangkatnya dinaikkan menjadi Brigjen TNI.

'Orangnya' Presiden

Sejak menjadi Kodam Jaya, komando utama TNI itu menjadi Kodam paling strategis di Indonesia. Saat itu Pangdam Jaya merangkap jabatan Ketua Penguasa Perang Daerah Swatantra Jakarta Raya. Jakarta masih dalam status keadaan perang. Bahasa Belandanya, Staat van Oorlog en Beleg (SOB).

Siapa yang menjadi Pangdam Jaya mesti mendapatkan 'persetujuan' dari presiden. Brigjen Umar misalnya, kerap mendampingi Presiden Sukarno walau sudah ada pasukan pengawal presiden, Resimen Tjakrabirawa. Ia pun diminta Presiden Sukarno untuk bertanggung jawab terhadap keamanan pembangunan gedung-gedung baru sebagai simbol Jakarta.

Tugas tambahannya banyak, termasuk gangguan keamanan dan rongrongan terhadap pemerintah yang sah. Antara lain oleh Organisasi Gelap Manguni, Komando Operasi Perdamaian Nasional (KOPN), DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) dan seterusnya. Termasuk memadamkan peristiwa pemberontakan Gerakan 30 September 1965/Partai Komunis Indonesia (PKI).

Umar menjadi panglima hingga proses peralihan dari Presiden Sukarno kepada pejabat Presiden Jenderal TNI Soeharto. Yang menarik, Umar bisa diterima Presiden Sukarno sekaligus diterima Soeharto sebagai pejabat presiden. Usai menjadi Pangdam Jaya, Umar dipercaya menggantikan Soeharto sebagai Panglima Kostrad.

Baca Juga: Dokter Timnas Denmark Ungkap Cara Selamatkan Eriksen

Ikut lengser

Di era Presiden Soeharto, untuk menjadi Pangdam Jaya pun harus mendapatkan persetujuan Presiden Soeharto. Setelah Umar dilanjutkan Brigjen Amir Mahmud hingga terakhir Mayjen Sjafrie Sjamsoeddin jelang Presiden Soeharto lengser. Begitu juga ketika Soeharto mengundurkan diri dan digantikan Presiden BJ Habibie.

Habibie menyetujui Mayjen Djaja Suparman. Djaja pun melenggang menjadi Panglima Kostrad. Posisinya sebagai Pangdam Jaya digantikan Mayjen Ryamizard Ryacudu. Setelah Gus Dur (Abdurrahman Wahid) menjadi Presiden RI, kebijakan pun berganti. Mayjen Slamet Kirbiantoro menjadi Pangdam Jaya, pilihan Presiden Gus Dur.

Namun bersamaan dengan lengsernya Gus Dur, lengser pula Kirbiantoro dari orbit elite militer. Bahkan pangkatnya mentok sampai bintang dua saja hingga pensiun. Ia digantikan Mayjen Bibit Waluyo, 'pilihan' Presiden Megawati Soekarnoputri. Bibit pun kemudian melenggang menjadi Panglima Kostrad.  

Posisinya sebagai Pangdam Jaya digantikan Mayjen Ahmad Yahya. Dalam pemilihan presiden secara langsung pada 2004, Megawati kalah dari Jenderal (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dampaknya karier Ahmad Yahya pun mentok hingga pensiun tetap Mayjen. Penggantinya adalah Mayjen Djoko Santoso, pilihan Presiden SBY.

Seperti sudah diketahui, karier Djoko Santoso moncer. Usai menjadi Pangdam Jaya promosi menjadi Wakil KSAD, kemudian KSAD. Terakhir sebagai Panglima TNI. Persis mengikuti karier yang sama dengan Try Sutrisno era Presiden Soeharto. Pola yang hampir sama dialami Wiranto. Usai menjadi Pangdam Jaya, promosi menjadi Panglima Kostrad, kemudian KSAD. Terakhir sebagai Panglima TNI merangkap sebagai Menteri Hankam.

Dari 34 mantan Pangdam Jaya, hanya lima orang saja yang pangkat terakhirnya hingga pensiun masih Mayjen. Umumnya karena mengalami peralihan pergantian presiden. Sementara 16 lainnya pangkat terakhirnya adalah jenderal bintang tiga (Letjen). Bahkan 13 lainnya menjadi jenderal bintang empat. Sembilan di antaranya berhasil menjadi KSAD. Dan tiga menjadi orang nomor satu di Mabes TNI, yakni Panglima TNI. Termasuk dua orang menjadi Wakil Presiden RI.

Wong Solo

Apapun, tidak ada Kodam sestrategis Kodam Jaya. Para Pangdamnya mesti memiliki hubungan 'khusus' dengan Presiden. Baik untuk mengamankan secara fisik maupun kebijakannya di lapangan.

Nama Dudung Abdurachman, misalnya, hingga Maret 2020 lalu, belum masuk dalam radar elite TNI yang diperhitungkan.

Namun begitu menjadi Pangdam Jaya pada Juli 2020, semua mata elite mulai melihat gerak gerik langkahnya lulusan (abituren) Akademi Militer (Akmil) 1988-B. Akhirnya, ia menduduki posisi lebih strategis, Panglima Kostrad.

Usia pensiun Dudung masih 2,5 tahun lagi. Ia masih mungkin menambah bintang pada tanda pangkatnya. Berbeda dengan Mulyo Aji. Ia tergolong lebih senior daripada Dudung. Usia pensiunnya tinggal satu tahun lagi. Mulyo abituren Akmil 1987. Teman sekelas KSAD Jenderal Andika Perkasa.

Setahun yang lalu, nama Mulyo Aji juga belum dikenal saat menjadi Kepala Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang) Angkatan Darat (2018-2020). Bintang satu diraihnya Agustus 2018, saat menjadi  Inspektur Perbendaharaan Inspektorat Jenderal Angkatan Darat (Irben Itjenad). Ia belum satu tahun menyandang pangkat Mayjen.

Naik pangkat saat didapuk menjadi Asisten Personel KSAD. Mulyo satu kampung dengan Presiden Joko Widodo, wong Solo. Ia kelahiran Solo, 57 tahun lalu. Pernah pula menjadi Komandan Korem 074/Warastratama di Solo pada 2012-2014.

Posisinya sebagai Komandan Korem Solo, kemudian digantikan teman sekelasnya, Bakti Agus Fadjari. Bakti Agus, kini Letjen dan menjadi Wakil KSAD. Jadi, meskipun usia pensiunnya tinggal satu tahun lagi, kemungkinan Mulyo tidak akan terlalu lama menjadi Pangdam Jaya. Ia berpotensi naik menjadi Letjen seperti mayoritas mantan Pangdam Jaya lainnya.

Baca Juga: Diskon Pajak Mobil di Tengah Penolakan PPN Sembako     

Pangdam Jaya/Jayakarta Dari Masa Ke Masa

Saat bernama Kodam V/Djayakarta:

(Pangkat & Nama, Masa Jabatan, Abituren & Korps, Pangkat Terakhir)

 

1.    Brigjen Umar Wirahadikusumah (1959-1965). PETA 1943-Infanteri-Jenderal.

2.    Brigjen Amir Machmud (1965-1969). PETA 1943-Infanteri-Jenderal.

3.    Mayjen Makmun Murod (1969-1970). Gyugun 1943-Infanteri-Jenderal.

4.    Mayjen Poniman (1970-1973). PETA 1943-Infanteri-Jenderal.

5.    Mayjen G.H. Mantik (1973-1977). Secapa 1946-Infanteri -Jenderal.

6.    Mayjen Norman Sasono (1977-1983). Akmil 1949-Polisi Militer-Letjen.

7.    Mayjen Try Sutrisno (1983-1985). Akmil 1959-Zeni-Jenderal.

Saat bernama Kodam Jayakarta:

8.    Mayjen Soegito (1985-1988). Akmil 1961-Infanteri Kopassus-Letjen.

9.    Mayjen Soerjadi Soedirdja (1988-1990). Akmil 1962-Infanteri-Jenderal (Hor).

10.    Mayjen Kentot Harseno (1990-1993). Akmil 1961-Infanteri Kopassus-Letjen (Hor).

11.    Mayjen AM. Hendropriyono (1993-1994). Akmil 1967-Infanteri Kopassus-Jenderal (Hor).

12.    Mayjen Wiranto (1994-1996). Akmil 1968-Infanteri-Jenderal.

13.    Mayjen Sutiyoso (1996-1997). Akmil 1968-Infanteri Kopassus-Letjen.

14.    Mayjen Sjafrie Sjamsoedin (1997-1998). Akmil 1974-Infanteri Kopassus-Letjen.

15.    Mayjen Djaja Suparman (1998-1999). Akmil 1972-Infanteri-Letjen.

16.    Mayjen Ryamizard Ryacudu (1999-2000). Akmil 1974-Infanteri-Jenderal.

17.    Mayjen Slamet Kirbiantoro (2000-2001). Akmil 1970-Infanteri Kopassus-Mayjen.

18.    Mayjen Bibit Waluyo (2001-2002). Akmil 1972-Infanteri-Letjen.

19.    Mayjen Ahmad Yahya (2002-2003). Akmil 1973-Infanteri-Mayjen.

20.    Mayjen Djoko Santoso (2003-2004). Akmil 1975-Infanteri-Jenderal.

21.    Mayjen Agustadi Sasongko P (2004- 2006). Akmil 1974-Infanteri-Jenderal.

22.    Mayjen Lilik AS Sumaryo (2006- 2007). Akmil 1975-Infanteri-Letjen.

23.    Mayjen J Suryo Prabowo (Desember 2007-Juli 2008). Akmil 1976-Zeni-Letjen.

24.    Mayjen Darpito Pudyastungkoro (Juli 2008-Juni 2010). Akmil 1975-Kavaleri-Mayjen.

25.    Mayjen Marciano Norman (Juni 2010-April 2011). Akmil 1978-Kavaleri-Letjen.

26.    Mayjen Waris (April 2011-Agustus 2012). Akmil 1981-Infanteri-Letjen.

27.    Mayjen E. Hudawi Lubis (Agustus 2012-April 2014). Akmil 1980-Infanteri Kopassus-Mayjen.

28.    Mayjen Mulyono (April 2014-September 2014). Akmil 1983-Infanteri-Jenderal.

29.    Mayjen Agus Sutomo (September 2014-September 2015). Akmil 1984-Infanteri Kopassus-Letjen.

30.    Mayjen Teddy Lhaksmana (September 2015-Februari 2017). Akmil 1983-Infanteri Kopassus-Letjen.

31.    Mayjen Jaswandi (Februari 2017-Maret 2018). Akmil 1985-Infanteri Kopassus-Mayjen.

32.    Mayjen Joni Supriyanto (Maret 2018-Januari 2019). Akmil 1986-Infanteri-Letjen.

33.    Mayjen Eko Margiyono (Januari 2019-Juli 2020). Akmil 1989-Infanteri Kopassus-Letjen. (masih aktif)

34.    Mayjen Dudung Abdurachman (Juli 2020-Mei 2021). Akmil 1988-B-Infanteri–Letjen (masih aktif).

35.    Mayjen Mulyo Aji (Mei 2021-sekarang). Akmil 1987-Infanteri-Mayjen (masih aktif).

Baca Juga: Gunung Merapi Meluncurkan Awan Panas Guguran Sejauh 1,6 Km

Pangkat terakhir 34 mantan Pangdam Jaya:

Jenderal: 13 orang (12 Infanteri, dan 1 Zeni).

Letjen: 16 orang (1 Polisi Militer, 1 Zeni, 1 Kavaleri, 13 Infanteri).

Catatan: Letjen Eko Margiyono dan Letjen Dudung Abdurachman masih aktif.

Mayjen: 5 (3 Infanteri Kopassus, 1 Kavaleri, dan 1 Infanteri).

Asal Korps mantan Pangdam Jaya:

Infanteri: 30 orang (11 dari Kopassus).

Zeni: 2 orang.   

Kavaleri: 2 orang.

Polisi Militer: 1 orang.

Mantan Pangdam Jaya menjadi Panglima Kostrad

1.    Mayjen Umar Wirahadikusumah (Desember 1965-Mei 1967)

2.    Mayjen Makmun Murod (Februari 1970-Desember 1971)

3.    Mayjen Poniman (Maret 1973-Mei 1974)

4.    Mayjen Soegito (Maret 1988-Agustus 1990)

5.    Letjen Wiranto (April 1996-Juni 1997)

6.    Letjen Djaja Suparman (November 1999-Maret 2000)

7.    Letjen Ryamizard Ryacudu (Agustus 2000-Juli 2002)

8.    Letjen Bibit Waluyo (Juli 2002-November 2004)

9.    Letjen Mulyono (September 2014-Juli 2015)

10.    Letjen Eko Margiyono (Juli 2020-Mei 2021)

11.    Letjen Dudung Abdurachman (Mei 2021-kini)

Mantan Pangdam Jaya menjadi Wakil KSAD:

1.    Letjen Try Sutrisno (Agustus 1985-Juni 1986)

2.    Letjen Djoko Santoso (Oktober 2003-Februari 2005)

3.    Letjen J Suryo Prabowo (Juli 2008-Maret 2011)

Mantan Pangdam Jaya menjadi KSAD:

1.    Jenderal Umar Wirahadikusumah (November 1969-April 1973)

2.    Jenderal Makmun Murod (Mei 1974-Januari 1978)

3.    Jenderal Poniman (April 1980-Maret 1983)

4.    Jenderal Try Sutrisno (Juni 1986-Februari 1988)

5.    Jenderal Wiranto (Juni 1997-Februari 1998)

6.    Jenderal Ryamizard Ryacudu (Juni 2002-Februari 2005)

7.    Jenderal Djoko Santoso (Februari 2005-Desember 2007)

8.    Jenderal Agustadi SP (Desember 2007-November 2009)

9.    Jenderal Mulyono (Juli 2015-November 2018)

Catatan: Dari 32 KSAD, sembilan di antaranya (35 persen) pernah menjadi Panglima Kodam Jaya. Tidak ada Kodam yang memiliki prosentase setinggi Kodam Jaya.

Mantan Pangdam Jaya Menjadi Panglima ABRI/TNI:

1.    Jenderal Try Sutrisno (Februari 1988-Februari 1993)

2.    Jenderal Wiranto (Februari 1998-Oktober 1999)

3.    Jenderal Djoko Santoso (Desember 2007-September 2010)

Mantan Pangdam Jaya Menjadi Menhankam/Menhan:

1.    Jenderal Poniman (Maret 1983-Maret 1988)

2.    Jenderal Wiranto (Maret 1998-Oktober 1999)

3.    Jenderal Ryamizard Ryacucu (Oktober 2014-Oktober 2019)

Catatan:

Letjen Sjafrie Sjamsoeddin menjadi Wakil Menhan (Januari 2010-Oktober 2014)

Mantan Pangdam Jaya Menjadi Gubernur DKI Jakarta:

1.    Jenderal (Hor) Surjadi Soedirdja (Oktober 1992-Oktober 1997)

2.    Letjen Sutiyoso (Oktober 1997-Oktober 2007).

Catatan:

Letjen Bibit Waluyo menjadi Gubernur Jawa Tengah (Agustus 2008-Agustus 2013)

Mantan Pangdam Jaya Menjadi Kepala BIN:

1.    Jenderal (Hor) AM Hendropriyono (2001-2004)

2.    Letjen Marciano Norman (2011-2015)

3.    Letjen Sutiyoso (2015-2016)

Catatan: Letjen Teddy Lhaksamana menjadi Waka BIN (2017-kini)

Mantan Pangdam Jaya Menjadi Mendagri:

1.    Jenderal Amir Mahmud (Januari 1969_Oktober 1982)

2.    Jenderal (Hor) Surjadi Soedirdja (Oktober 1999-Juli 2001)

Mantan Pangdam Jaya Menjadi Ketua DPR RI:

Jenderal Amir Mahmud (Oktober 1982-Oktober 1987)

Mantan Pangdam Jaya Menjadi Wakil Presiden RI:

Jenderal Umar Wirahadikusumah (Maret 1983-Maret 1988)

Jenderal Try Sutrisno (Maret 1993-Maret 1998).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement