REPUBLIKA.CO.ID, YANGON - Media yang dikendalikan junta Myanmar menuduh kelompok etnis bersenjata membunuh 25 pekerja konstruksi di timur negara, Senin (14/6) waktu setempat. Dalam laporannya, 47 orang juga diculik kelompok etnis di timur negara.
Reuters tidak dapat menghubungi etnis Organisasi Pertahanan Nasional Karen (KNDO) untuk mengomentari tuduhan tersebut. Juru bicara junta tidak menjawab panggilan untuk meminta komentar lebih lanjut.
Reuters tidak dapat memverifikasi secara independen rincian insiden atau identitas mereka yang dilaporkan tewas. Konflik di perbatasan Myanmar telah berkobar kembali di beberapa tempat sejak tentara merebut kekuasaan pada 1 Februari dan menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.
Surat kabar Global New Light of Myanmar dan televisi Myawaddy yang dikendalikan tentara menunjukkan gambar-gambar dari apa yang tampak seperti 25 mayat yang dibaringkan di pembukaan hutan. Mereka mengatakan para pria itu bekerja di Jembatan Sungai Uhu di Distrik Myawaddy, dekat perbatasan dengan Thailand.
Mereka diculik dari lokasi konstruksi pada 31 Mei dalam satu kelompok yang juga termasuk 10 anak-anak dan enam wanita. The Global New Light of Myanmar mengatakan total tujuh mayat ditemukan pada 11 Juni, satu terbakar dan yang lainnya dengan tangan terikat di belakang punggung mereka. Dikatakan 18 mayat lainnya ditemukan pada 12 Juni.
"Petugas dari lokasi pembangunan jembatan memeriksa mayat dengan identitas mereka untuk memberi tahu orang tua dan kerabat," katanya.
Pertempuran telah meningkat di Myanmar timur sejak kudeta. Banyak bentrokan telah mengusir ribuan orang dari rumah mereka.
KNDO, yang telah memperjuangkan otonomi yang lebih besar bagi rakyat Karen sejak 1947, termasuk di antara kelompok etnis bersenjata yang sangat menentang pengambilalihan militer. Pasukan junta telah membunuh lebih dari 860 orang sejak kudeta, menurut kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik. Junta mengatakan jumlahnya jauh lebih rendah.