Senin 14 Jun 2021 15:33 WIB

Karantina Mikro Level RT yang Makin Banyak

Di Bekasi, berawal dari arisan ibu-ibu satu RT terpaksa di-lockdown.

Red: Indira Rezkisari
Warga berada di kawasan karantina wilayah terbatas atau lockdown skala mikro di Jalan Intan Berduri, Kawasan Sumur Batu, Jakarta Pusat, Rabu (9/6/2021). Pemerintah setempat menerapkan lockdown skala mikro karena 34 warga di RW 03 Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat terkonfrimasi positif COVID-19.
Foto: Antara/Galih Pradipta
Warga berada di kawasan karantina wilayah terbatas atau lockdown skala mikro di Jalan Intan Berduri, Kawasan Sumur Batu, Jakarta Pusat, Rabu (9/6/2021). Pemerintah setempat menerapkan lockdown skala mikro karena 34 warga di RW 03 Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat terkonfrimasi positif COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Uji Sukma Medianti, Sapto Andika Candra, Antara

Satu kampung di RT 02/RW 25, Kelurahan Pejuang, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi, Jabar terpaksa ditutup total alias terkena lockdown. Sebanyak 47 warga yang positif Covid-19 dalam satu kampung yang positif Covid-19 menjadi alasan lockdown berlaku.

Camat Medan Satria, Lia Erliani, mengatakan, meledaknya kasus Covid-19 di wilayahnya bermula dari acara arisan yang dihadiri 30 orang ibu-ibu ke Kabupaten Bekasi. "Pertama kali mereka arisan di restoran Kabupaten Bekasi. Sekitar 30-34 orang, pulang tanggal 29 Mei," kata Lia kepada wartawan, Senin (14/6).

Selanjutnya, rombongan ibu-ibu dari RT yang sama pergi menghadiri undangan pernikahan di Rawamangun, Jakarta Timur. "Itu tanggal 30-nya," ujar dia.

Dua hari usai acara, atau sekira 1 hingga 2 Juni, ada dua orang warga yang mengalami gejala Covid-19. "Mereka secara mandiri jalani swab, dan setelah diswab, mereka positif," ungkapnya.

Dua orang warga itu kemudian melaporkan kepada RT setempat. Selanjutnya, pihak RT setempat menjalankan prosedur 3T (tracing, testing dan treatment).

Sehingga didapat 125 orang yang menjadi sampel kasus baru. "Akhirnya, didapatlah 47 sampai saat ini terkonfirmasi positif," ujar dia.

Bukan hanya menyebabkan puluhan warga positif Covid-19, seorang warga bahkan meninggal dunia. "Ya betul, ada yang meninggal satu. Dia justru mungkin yang tertular malah, mungkin ada penyakit bawaan," kata Lia.

Dia mengatakan, wilayah RT 02 akan terus dikarantina hingga situasinya terkendali. Sedangkan warga yang melakukan isolasi mandiri di rumah terus dipantau oleh Satgas Covid-19 setempat.

"Kita akan lockdown terus sampai semuanya mungkin dalam kondisi yang stabil," katanya.

Munculnya klaster-klaster warga belakangan makin sering terdengar. Salah satu daerah yang masih tinggi kasus positifnya setelah terjadinya klaster warga adalah di Kelurahan Cilangkap, Jakarta Timur.

Pada akhir Mei tahun ini, warga Cilangkap yang positif Covid bahkan mencapai 104 orang. Kartini, petugas Kelurahan CIlangkap yang juga anggota Satgas Covid-19 di Jakarta, mengatakan saat ini klaster Cilangkap belum usai karena masih ada 64 warganya yang positif Covid-19.

"Saat ini tercatat naik lagi jadi 64 kasus Covid-19, padahal sebelumnya sempat 52 kasus karena masih banyak masyarakat yang lalai," kata Kartini, Kamis.

Akibat tingginya kasus Covid-19 di Kelurahan Cilangkap membuat RT dan RW di kawasan tersebut memberlakukan karantina (lockdown) skala mikro seperti dilaksanakan di RT 03 dan RW 03. "Dari 64 kasus positif tersebut satu orang meninggal dunia," katanya.

RT 03 dan RW 03 sempat mengalami lonjakan kasus Covid-19 mencapai 104 kasus setelah Lebaran. Kebanyakan kasus yang terjangkit, yaitu OTG (Orang Tanpa Gejala). Kartini menduga penyebab kenaikan kasus tersebut akibat lalainya masyarakat terhadap protokol kesehatan.

Setelah mengalami lonjakan kasus, kelurahan langsung menyelenggarakan swab massal dan melakukan vaksinasi di RT 03 RW 03 untuk mencegah meluasnya penularan. Kartini menyampaikan seluruh warga RT 03 dan RW 03 Cilangkap sudah melakukan swab massal dan juga vaksin.

Kartini berharap agar seluruh masyarakat tetap menjaga protokol kesehatan (prokes) terutama kepada masyarakat jangan menyepelekan adanya virus Covid-19. Ia meminta masyarakat tidak merasa virus ini tidak ada atau tidak berbahaya, mengingat nyatanya virus tersebut ada dan berbahaya.

Sementara itu, pekan lalu sebanyak 34 warga lima rumah di RW 3 Sumur Batu, Kemayoran, Jakarta Pusat, teridentifikasi positif Covid-19. Kapolsek Kemayoran Kompol Ewo Samono mengatakan, berdasarkan laporan, kasus positif Covid-19 di tiga RT, yakni RT 1, RT 2, dan RT 8 RW 3 Sumur Batu meningkat pada 3-5 Juni lalu.

"Untuk yang di sini tidak klaster mudik, mereka klaster keluarga. Mereka tidak tahu terpapar di mana, tiba-tiba tanggal 3, 4, 5 (Juni), rumah itu dinyatakan reaktif semua," kata Ewo, Selasa (8/6).

Kompol Ewo menjelaskan 34 warga tersebut telah dirawat di RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat. Petugas gabungan dari Polsek, Kecamatan dan Danramil Kemayoran telah melakukan penutupan wilayah terbatas secara mikro (micro lockdown) di Jalan Intan Berduri RT 8 RW 03.

Penutupan dilakukan dengan memasang spanduk imbauan agar warga sementara ini tidak melintasi wilayah tersebut. Petugas tiga pilar juga akan melakukan pelacakan kasus, penyemprotan desinfektan, dan menutup sementara warga dan tamu untuk melintas wilayah tersebut.

Selama karantina wilayah mikro berlangsung, warga juga diberikan bantuan sembako agar kebutuhan mereka sehari-hari tercukupi. "Jika warga ada kebutuhan apa pun, sudah kami imbau untuk hubungi kami sehingga mereka tidak bebas berkeliaran di luar," kata Ewo.

Gagasan karantina level mikro untuk mengatasi penularan kasus di tingkat RT/RW sudah diusung sejak awal tahun ini. Penerapan karantina mikro bisa dilakukan jika terdapat lima rumah dalam satu RT terpapar Covid-19, seiring dengan penambahan jumlah kasus akibat arus balik Idul Fitri. Karantina level mikro di tingkat RT/RW dipandang lebih efektif karena tidak harus menutup wilayah dalam skala besar.

Karantina terbatas bisa dilakukan untuk mendalami kasus yang ada di suatu wilayah. Caranya dengan memisahkan masyarakat yang positif Covid-19 dengan dilakukan isolasi mandiri atau isolasi kolektif.

Pemerintah daerah saat ini diminta mengoptimalkan keberadaan posko Covid-19 di level desa. Permintaan satgas ini menyusul terjadinya lonjakan kasus di daerah dan membludaknya pasien Covid-19 di rumah sakit. Tingkat keterisian rumah sakit dianggap lebih akurat menggambarkan tingkat keparahan penularan di daerah karena kapasitas testing yang belum merata.

"Kondisi kenaikan kasus di beberapa daerah dapat menjadi bahan evaluasi penanganan Covid-19 daerah tersebut maupun pembelajaran bagi daerah lain," kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, Senin (14/6).

Saat ini, Wiku menyampaikan, pemerintah berupaya membantu daerah-daerah yang kesulitan dalam pengendalian Covid-19. Salah satu strategi yang dilakukan adalah segera mengonversi tempat tidur perawatan reguler menjadi perawatan pasien Covid-19.

"Efek libur panjang menjadi salah satu pemicu kenaikan kasus ini, namun bisa jadi ada banyak faktor. Namun pengendalian baiknya dilakukan sedini mungkin mulai optimalisasi posko untuk mencegah kasus di hulu yaitu tingkatan komunitas sampai penyediaan fasilitas," kata Wiku.

Diketahui, tren penambahan kasus Covid-19 menanjak signifikan dalam dua pekan belakangan. Pada Ahad (13/6) kemarin, dilaporkan ada 9.868 kasus baru. Angka ini menjadi yang tertinggi dalam nyaris empat bulan.

photo
Mikro Karantina RT - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement