Kasus Stunting di Banyumas Tinggal 14,2 Persen
Rep: Eko Widiyatno/ Red: Yusuf Assidiq
Refleksi pengendara motor melintas di dekat mural stunting. | Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan
REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Kasus stunting atau gangguan tumbuh kembang anak di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, sudah semakin bisa ditekan. Bupati Banyumas Achmad Husein, menyebutkan tingkat prevalensi stunting di Banyumas saat ini tinggal sebesar 14,2 persen.
''Angka ini sudah mendekati target prevalensi yang ditetapkan pemerintah sebesar 14 persen,'' jelasnya, Senin (14/6).
Meski demikian dia menyebutkan, angka tersebut masih dinilai tinggi sehingga tetap harus terus diturunkan dengan kerja keras. Terlebih pemkab sudah menargetkan Banyumas Bebas Stunting pada 2021.
Salah satu upaya yang Pemkab Banyumas untuk mencapai target tersebut adalah dengan membentuk Forum Jatingmas (Jaga Stunting Banyumas) yang beranggotakan lintas sektoral. ''Melalui pembentukan Forum Jatingmas dan diluncurkannya buku saku Jatingmas, saya berharap Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD) yang merupakan salah satu ujung tombak dalam penanggulangan stunting di tingkat desa diperkuat lagi peran dan tugasnya,'' katanya
Pembentukan Forum Jatingmas dan peluncuran buku saku Jatingmas, dilaksanakan di pendopo Setda setempat, Senin (14/6). Acara dihadiri perwakilan dari tujuh OPD terkait penanganan stunting, antara lain Bappedalitbang, Dinsospermasdes, Dinas Kesehatan, DPPKBP3A, Dinpertan KP, Dinas Pendidikan, dan Dinperkim.
Menurut upati salah satu penyebab masih cukup tingginya stunting ini adalah masih kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang berbagai hal menyangkut tumbuh kembang anak. Antara lain, mengenai pentingnya pemenuhan gizi bayi periode 1.000 hari pertama kehidupan, konsumsi gizi yang sehat dan seimbang pada anak, serta Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS).
Selain itu, ada juga yang disebabkan tidak tercukupinya asupan gizi anak sejak masih di dalam kandungan. Bupati menyatakan, kesalahan lain yang juga sering tidak disadari para orang tua, antara lain karena hanya melihat perkembangan dan pertumbuhan anaknya dari berat badannya saja.
''Jika berat badan cukup atau melihat pipi anaknya sudah sedikit tembem, orang tua menganggap anak tersebut sudah sehat. Padahal, masalah tinggi badan juga tidak kalah penting untuk dipantau karena banyak anak yang pendek disebabkan permasalahan gizi yang cukup buruk,'' katanya.
Kepala Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Dinsospermasdes) Kabupaten Banyumas Widarso, menyebutkan kasus stunting merupakan tanggung jawab semua pihak dan diperlukan sinergitas semua lapisan agar penanganan stunting berjalan secara terkoordinir.
''Melalui forum Jatingmas ini, upaya penanggulangan stunting antar OPD, maupun para kader LKD, bisa berlangsung sinergis dan tidak ada overlapping tugas di lapangan,'' katanya