REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – China mengecam komunike yang dirilis seusai KTT G7 di Cornwall, Inggris. Beijing menilai, disorotnya isu Xinjiang, Taiwan, dan Hong Kong dalam komunike sebagai bentuk campur tangan terhadap urusan dalam negerinya.
Kedutaan Besar (Kedubes) China di London mengatakan sangat tidak puas dengan komunike G7. Menurutnya, penyebutan isu Xinjiang, Taiwan, dan Hong Kong memutarbalikkan fakta dan mengungkap niat jahat beberapa negara, seperti Amerika Serikat (AS).
“Urusan internal China tidak boleh diintervensi, reputasi China tidak boleh difitnah, dan kepentingan China tidak boleh dilanggar,” kata Kedubes China dalam sebuah pernyataan pada Senin (14/6).
Kedubes China mengungkapkan China akan dengan tegas membela kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunan nasionalnya. Beijing juga bakal melawan semua jenis ketidakadilan dan pelanggaran yang dikenakan padanya.
“G7 harus berbuat lebih banyak yang kondusif untuk mempromosikan kerja sama internasional daripada menciptakan konfrontasi dan gesekan secara artifisial,” kata Kedubes China.
Dalam komunike yang dirilis pada Ahad (13/6) lalu, G7 menyinggung tentang situasi hak asasi manusia (HAM) di China. Kelompok beranggotakan AS, Inggris, Kanada, Jerman, Italia, Prancis, dan Jepang itu menyerukan Negeri Tirai Bambu menghormati HAM dan kebebasan, terutama di Xinjiang yang penduduknya mayoritas adalah Muslim Uighur.
G7 juga meminta China menghormati otonomi tingkat tinggi Hong Kong yang diabadikan dalam Deklarasi Bersama Cina-Inggris. Selain itu, G7 menekankan pentingnya perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.