Selasa 15 Jun 2021 00:35 WIB

PB IDI: Kondisi Indonesia Dalam Tahap Awal Varian Delta

Tren penambahan kasus Covid-19 harian di Indonesia terus menanjak. 

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Agus Yulianto
Ilustrasi Kasus Covid-19 Naik
Foto: republika/mardiah
Ilustrasi Kasus Covid-19 Naik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban mengatakan, saat ini, kondisi Indonesia sedang berada dalam tahap awal gelombang varian baru Covid-19 yaitu B1617.2 atau varian delta asal India. Pemerintah pun diminta segera menangani hal ini.

"Saya harus katakan. Kami ini berada dalam cengkeraman tahap awal gelombang varian delta. Bahkan, situasi Jakarta sedang genting. Ini memang benar. Apalagi masih ada jutaan manusia Indonesia yang belum terlindungi vaksin. Ini bisa jadi bencana bagi mereka," katanya dalam cuitan di akun Twitter miliknya, Senin (14/6).

Sebelumnya diketahui, tren penambahan kasus Covid-19 harian di Indonesia terus menanjak. Peningkatannya jelas terlihat sejak pasca-Lebaran hingga hari ini. Bahkan, jumlah kasus baru pada Kamis (10/6) kemarin mencapai 8.892 orang, tertinggi sejak Februari 2021 atau nyaris empat bulan berselang. Sementara, pada Jumat (11/6) ini dilaporkan ada 8.083 kasus baru. 

Dalam beberapa kali kesempatan, pemerintah menyebutkan bahwa lonjakan kasus ini disebabkan peningkatan mobilitas warga selama libur Lebaran lalu. Kerumunan yang muncul saat tradisi keagamaan, seperti ziarah, juga ikut menyumbang kenaikan kasus. 

Namun, muncul kekhawatiran bahwa kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia juga didukung oleh masuknya varian virus corona B.1.617.2 atau yang akrab disebut varian Delta. Varian virus inilah yang membuat ledakan kasus Covid-19 di India dalam beberapa bulan terakhir. 

Apakah benar varian Delta ikut berkontribusi dalam kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia?

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, tren kenaikan kasus harian yang terjadi dalam dua pekan terakhir bisa dipastikan akibat tingginya mobilitas dan potensi kerumunan warga saat libur Lebaran lalu, juga saat Ramadhan. 

"Tahun lalu juga seperti itu. Mengenai varian-varian baru yang sudah ditemukan di berbagai daerah, sampai saat ini penelitiannya belum bisa buktikan bahwa ada hubungan langsung peningkatan kasus disebabkan varian baru," ujar Wiku dalam keterangan pers, Jumat (11/6). 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement