REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Hampir separuh warga Israel menyangsikan pemerintahanan baru yang akan menggantikan rezim Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bakal menyelesaikan masa jabatannya.
Jajak pendapat yang dilakukan stasiun televisi Israel, Channel 12, menunjukkan 43 persen warga di sana tak yakin pemerintahan baru akan menyelesaikan masa jabatannya. Hanya 11 persen responden yang percaya pemerintahan pimpinan Naftali Bennett dan Yair Lapid bakal bertahan selama empat tahun.
Sebanyak 61 persen responden yakin keputusan Bennett bergabung dengan koalisi dimotivasi keuntungan pribadi. Sementara 20 persen lainnya menyebut langkah Bennett dilandasi alasan ideologis. Sedangkan, 19 persen responden tak mengetahui motivasi Bennett merapatkan diri dalam koalisi.
Mengenai rotasi kepemimpinan, 49 persen responden berpendapat Bennett akan menghormati kesepakatan dan mengakui Yair Lapid. Sebanyak tujuh persen lainnya mengatakan hal sebaliknya. Sebanyak 29 persen responden memprediksi pemerintahan koalisi bakal bubar sebelum Bennett menyelesaikan masa jabatan perdana menteri selama dua tahun.
Koalisi pemerintahan yang dipimpin Bennett dan Yair Lapid telah mengakhiri 12 tahun kekuasaan rezim Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Koalisi yang terbentuk dari delapan partai itu telah disahkan parlemen Israel (Knesset). Dari 120 anggota Knesset, 60 di antaranya mendukung koalisi pimpinan Bennett dan Lapid. Kedua tokoh tersebut akan berbagi masa jabatan perdana menteri yang rentangnya empat tahun.
Bennett, yang saat ini memimpin partai Yamina, bakal terlebih dulu menjadi perdana menteri hingga September 2023. Setelah itu, sisa masa jabatan akan diteruskan Lapid selaku ketua partai Yesh Atid.