REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Para pemimpin NATO berkumpul di Brussel pada Senin (14/6) untuk tatap muka langsung pertama sejak 2018.
"Para pemimpin akan membahas berbagai isu, di antaranya hubungan kami dengan Rusia, yang mencapai titik terendah sejak berakhirnya Perang Dingin karena tindakan agresif Rusia," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg.
Menurut Stoltenberg, KTT akan menjadi kesempatan besar bagi para pemimpin NATO untuk bertukar pandang soal masalah ini menjelang pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan rekan sejawatnya dari Rusia, Vladimir Putin, yang rencananya akan berlangsung di Jenewa pada Rabu.
Stoltenberg juga mengatakan bahwa para pemimpin akan membahas strategi aliansi militer vis-a-vis untuk menghadapi kekuatan China, yang menimbulkan tantangan dan peluang pada saat yang sama.
"NATO harus bekerja sama dengan negara Asia itu dalam pengendalian senjata dan perang melawan perubahan iklim," kata dia lagi.
Para pemimpin sekutu juga akan membahas agenda NATO 2030, khususnya konsep keamanan yang dapat mengatasi tantangan perubahan iklim, sekaligus berfokus pada ketahanan dan pengembangan teknologi.
Mengenai penarikan pasukan NATO dari Afghanistan, Stoltenberg mengatakan aliansi itu kini sedang mengupayakan pelatihan untuk pasukan keamanan Afghanistan dan mempertahankan dukungan untuk infrastruktur penting, termasuk bandara di Kabul.
"NATO berencana untuk memberikan dukungan. Beberapa sekutu NATO sekarang dalam dialog langsung, termasuk AS dan Turki," katanya, menyoroti bahwa dukungan NATO terhadap Afghanistan juga "penting bagi sekutu NATO dan masyarakat internasional".