REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Produsen senjata yang saham mayoritasnya dimiliki pemerintah India, Bharat Electronics Limited (BEL), memasok teknologi radar kepada rezim kudeta Myanmar.
Berdasarkan laporan Justice for Myanmar (JFM), Senin, kelompok aktivis tersebut menemukan setidaknya tujuh pengiriman ke Myanmar, kebanyakan merupakan komponen radar. Menurut JFM, pengiriman setelah kudeta militer tersebut kemungkinan bagian dari sistem pengawasan pantai yang dirancang BEL untuk militer Myanmar.
Sejumlah barang yang dikirim BEL ke Myanmar sejak kudeta militer yakni sistem elektro optik, sistem komunikasi VHF, baterai, komponen lainnya, serta menara 15 meter. JFM mengungkapkan, seluruh pengiriman BEL dikirim ke Direktorat Pengadaan melalui Yangon dari depot peti kemas di Jaipur dan Bangalore, India, dalam kurun waktu 27 Februari-29 Maret 2021.
Dalam laporannya, JFM mengatakan sistem pengawasan pantai tersebut berdasarkan perjanjian teknis yang ditandatangani Perdana Menteri India Narendra Modi saat berkunjung ke Myanmar pada 2017.
Menurut JFM, penandatangan perjanjian tersebut juga di tengah kampanye genosida yang dilakukan militer Myanmar terhadap kelompok Rohingya. Juru Bicara JFM Yadanar Maung menyayangkan tindakan BEL yang memprioritaskan Myanmar sebagai pasar luar negeri.
JFM sekaligus mengkritik langkah BEL mengoperasikan kantor di Yangon untuk mendukung bisnis mereka dengan kartel kriminal militer.
“Pemerintah India memberikan legitimasi kepada junta melalui bisnis BEL di Myanmar, memungkinkan kampanye teror nasional terhadap warga Myanmar,” ungkap Yadanar dalam keterangannya, Senin.
Adapun BEL, menutur JFM), memiliki kerja sama dengan sejumlah perusahaan Uni Eropa yakni, SAAB (Swedia), Thales (Perancis/Belanda), Terma (Denmark), serta Beretta and Elettronica (Italia).