Selasa 15 Jun 2021 07:47 WIB

G7 Dikritik Gagal Wujudkan Rencana Vaksin Dunia

Janji G7 menyediakan 1 miliar dosis vaksin tahun depan hanya 'langkah kecil'.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Pemimpin G7 berpose untuk foto bersama menghadap pantai di Carbis Bay Hotel di Carbis Bay, St. Ives, Cornwall, Inggris, Jumat, 11 Juni 2021. Pemimpin dari kiri, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Presiden Dewan Eropa Charles Michel, Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Perdana Menteri Italia Mario Draghi, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Kanselir Jerman Angela Merkel.
Foto: AP Photo/Patrick Semansky, Pool
Pemimpin G7 berpose untuk foto bersama menghadap pantai di Carbis Bay Hotel di Carbis Bay, St. Ives, Cornwall, Inggris, Jumat, 11 Juni 2021. Pemimpin dari kiri, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Presiden Dewan Eropa Charles Michel, Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Perdana Menteri Italia Mario Draghi, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Kanselir Jerman Angela Merkel.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kepala Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) Mark Lowcock mengkritik negara-negara kaya yang tergabung dalam Group of Seven (G7) karena gagal menjalankan rencana vaksinasi dunia terhadap Covid-19. Ia mengatakan janji G7 menyediakan 1 miliar dosis vaksin tahun depan hanya 'langkah kecil'.

"Pemberian donasi sporadis, skala kecil dari negara-negara kaya ke negara-negara miskin ini bukan rencana serius dan tidak akan mengakhiri pandemi, pada dasarnya G7 sepenuhnya gagal menunjukkan urgensi yang diperlukan," kata Lowcock, Senin (14/6).

Baca Juga

Pemimpin-pemimpin Amerika Serikat (AS), Jepang, Jerman, Inggris, Prancis, Italia, dan Kanada bertemu di Cornwall, Inggris pada akhir pekan lalu. Mereka sepakat untuk bekerja sama dengan sektor swasta, negara-negara industri yang tergabung dengan G20, dan negara lain untuk meningkatkan kontribusi vaksin selama beberapa bulan ke depan.  

"Mereka mengambil langkah kecil ini di pantai liburan yang sangat indah di Cornwall, tapi mereka tidak boleh membohongi diri mereka sendiri masih banyak dan lebih dari sebuah langkah kecil  yang perlu mereka lakukan," kata Lowcock yang mengundurkan diri dari jabatannya pada Jumat (11/6).

"Apa yang dunia butuhkan dari G7 adalah rencana untuk vaksinasi dunia, dan kami mendapat rencana vaksinasi sekitar 10 persen dari populasi negara-negara pendapatan menengah dan rendah, mungkin satu tahun dari sekarang atau paruh kedua tahun depan," katanya.

Pada bulan Mei  International Monetary Fund (IMF) merilis proposal senilai 50 miliar dolar AS untuk mengakhiri pandemi Covid-19. Caranya dengan memvaksin setidaknya 40 persen dari total populasi dari semua negara pada akhir tahun 2021 dan 60 persen pada paruh pertama tahun 2022.

"Ini kesepakatan abad ini," Lowcock seraya menambahkan G7 juga dapat melakukan lebih banyak dengan menyediakan peralatan vital seperti ventilator oksigen, alat tes, dan alat pelindung diri ke negara-negara yang masih menunggu dapat giliran mendapatkan vaksin.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak pemimpin-pemimpin dunia untuk bertindak dengan urgensi. Ia memperingatkan bila negara-negara berkembang tidak segera divaksin maka virus akan terus bermutasi dan menjadi kebal terhadap imunisasi. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement