REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dadang Kurnia, Wahyu Suryana,
Zainur Mahsir Ramadhan, Adysha Citra Ramadani, Rizky Suryarandika
Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) Surabaya saat ini merawat tiga pasien yang terkonfirmasi terjangkit varian B1617.2 atau Delta. Menurut penanggung jawab RSLI Surabaya, I Dewa Gede Nalendra Djaya Iswara ketiga pasien tersebut bergejala ringan dan sedang dengan CT value di bawah 18.
"Satu gejala ringan, batuk berdahak tanpa komorbid masih dirawat di RSLI. Kedua gejala ringan, demam dengan komorbid DB masih dirawat di RSLI, dan satu tanpa gejala, tanpa komorbid, pindah faskes pada 12 Juni 2021 ke RS Bojonegoro dengan pertimbangan lebih dekat domisili," ujarnya di Surabaya, Selasa (15/6).
Semua pasien varian Delta di RSLI Surabaya merupakan bagian dari klaster Madura. Ketiganya masuk RSLI Surabaya sejak 6 Juni 2021.
Nalendra menyampaikan, pihaknya telah mengirimkan puluhan sampel dari pasien Covid-19 yang CT value-nya rendah, utamanya yang dari Madura. Berdasarkan whole genome sequencing Litbangkes Jakarta, kata dia, ada lima sampel yang keluar dengan hasil tidak didapatkan mutasi. Kemudian, 32 sampel masih belum keluar hasilnya.
Sedangkan di ITD Unair, ada 11 sampel yang belum keluar. Sementara itu, ada 10 sampel sudah keluar hasilnya, di mana didapati tiga yang terkonfirmasi B1617.2.
"Tiga itu pasien yang sedang kami rawat tersebut. Ada juga sampel pada 8 dan 10 Juni masih belum keluar hasilnya," ujar Nalendra.
Berdasarkan studi di Inggris, di mana di negara tersebut banyak ditemukan kasus varian Delta, para peneliti menyimpulkan, bahwa sakit kepala, sakit tenggorokan, hingga pilek menjadi gejala paling umum terkait infeksi varian Delta. Menurut Tim Spector, seorang profesor epidemiologi genetik di King's College London yang memimpin penelitian, varian yang pertama terdeteksi di India itu bisa diibaratkan sebagai 'flu yang buruk'.
"Covid bertindak berbeda sekarang, lebih seperti flu yang buruk. Orang mungkin mengira mereka baru saja terkena flu musiman, dan mereka masih pergi ke pesta," kata Spector dikutip dari The Guardian, Selasa (15/6).
Spector menambahkan, varian Delta membuat batuk menjadi gejala paling umum kelima. Sedangkan hilangnya penciuman, tidak masuk dalam 10 besar gejala yang ada.
Lebih jauh, menurut data yang ada, Spector menambahkan, varian Delta 40 persen lebih mudah menular daripada varian Alpha yang pertama kali terdeteksi di Kent. Varian ini juga membuat vaksin menjadi kurang efektif, terutama jika seseorang yang terjangkit hanya mendapat satu dosis.
"Saya pikir pesannya di sini adalah, jika Anda masih muda dan mengalami gejala yang lebih ringan, itu mungkin hanya terasa seperti pilek atau perasaan ringan, tetap di rumah dan lakukan tes," kata Spector.
Di Inggris, berdasar data hingga 10 Juni lalu, peningkatan kasus Delta lebih tinggi terjadi pada populasi yang tidak divaksinasi di Inggris. Kasus meningkat paling banyak pada kelompok usia 20-29, dan kelompok usia 0-19 berada di belakangnya. Pengumpulan data itu, dilakukan sejak 23 Mei hingga 5 Juni.
Kala varian Alpha masih mendominasi di Inggris, studi dari Imperial College London menemukan kecenderungan gejala yang berbeda. Saat itu, gejala yang paling umum ditemukan adalah menggigil, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, dan nyeri otot. Gejala-gejala ini disertai dengan gejala umum Covid-19 seperti demam dan kehilangan indera penciuman atau perasa.