REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tes swab (usap) nasofaring lebih berisiko menularkan Covid-19 bagi tenaga kesehatan. Di samping itu, ketersediaan alat juga dapat menjadi tantangan tersendiri dalam pengumpulan sampel untuk tes diagnostik Covid-19.
Kabar baiknya, peneliti dari Department of Pathology, Medical College of Georgia, Augusta University di Amerika Serikat menemukan alternatif yang dapat mengatasi kendala-kendala tersebut. Dalam studinya, mereka memakai air liur sebagai sampel.
Sampel air liur memang lebih mudah untuk diambil, namun bisa bercampur dengan lendir dan darah. Sejumlah studi pun telah mengungkap bahwa hasilnya selama ini kurang akurat.
Dengan protokol inovatifnya, tim peneliti yang dipimpin Ravindra Kolhe, MD, PhD menunjukkan bahwa tes Covid-19 yang memakai sampel air liur hasilnya bisa lebih andal dibandingkan dengan sampel ketimbang sampel swab nasofaring. Protokol yang dimaksud melibatkan pemrosesan sampel air liur menggunakan bead mill homogenizer sebelum real-time PCR (RT-PCR).
Menurut sebuah studi baru, penambahan langkah sederhana pada pemrosesan sampel air liur sebelum pengujian RT-PCR itu bisa meningkatkan tingkat deteksi Covid-19, menghilangkan kendala tes nasofaring, dan memfasilitasi surveilans massal. Langkah tersebut dapat menghasilkan sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan sampel swab nasofaring.
"Penggunaan saliva sebagai jenis sampel untuk pengujian Covid-19 adalah sesuatu yang dapat membalikkan keadaan dalam perjuangan kita semua dalam melawan pandemi," Kolhe yang merupakan peneliti utama.