Rabu 16 Jun 2021 06:19 WIB

Hindari Tes Covid-19, Ratusan Pengemudi Pilih Tinggalkan KTP

Sebanyak 577 orang yang terjaring penyekatan menghindar saat dilakukan rapid antigen.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Hiru Muhammad
Sejumlah warga dari Pulau Madura keluar dari mobilnya saat mengantre masuk ke Surabaya di akses keluar Jembatan Suramadu, Surabaya, Jawa Timur, Ahad (6/6/2021). Petugas gabungan melakukan penyekatan di lokasi itu dan melakukan tes cepat antigen bagi warga dari Pulau Madura yang akan masuk ke Surabaya menyusul adanya peningkatan kasus Covid-19 di Madura.
Foto: ANTARA/Didik Suhartono
Sejumlah warga dari Pulau Madura keluar dari mobilnya saat mengantre masuk ke Surabaya di akses keluar Jembatan Suramadu, Surabaya, Jawa Timur, Ahad (6/6/2021). Petugas gabungan melakukan penyekatan di lokasi itu dan melakukan tes cepat antigen bagi warga dari Pulau Madura yang akan masuk ke Surabaya menyusul adanya peningkatan kasus Covid-19 di Madura.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Bagian Humas Pemkot Surabaya, Febriadhitya Prajatara, mengungkapkan, setelah 11 hari melakukan penyekatan di Jembatan Suramadu, ada 354 pengendara yang terkonfirmasi positif Covid-19 berdasarkan tes swab PCR. Adapun jumlah pengendara yang dilakukan tes rapid antigen, jumlahnya mencapai 27.839 orang.

"Kami sudah melaksanakan 27.839 rapid antigen. Dari jumlah rapid antigen tersebut, 595 orang hasilnya positif. Kemudian, kami tindak lanjuti dengan swab PCR," kata Febri di gedung Pemkot Surabaya, Selasa (15/6).

Febri melanjutkan, Satgas Covid-19 Surabaya juga mencatat sebanyak 577 orang yang terjaring penyekatan, menghindar saat akan dilakukan rapid antigen. Dengan perincian, 504 warga luar kota dan 73 lainnya warga Surabaya. Saat dipanggil petugas untuk dilakukan rapid antigen, mereka tidak ada di lokasi. Mereka pergi dengan meninggalkan KTP di posko penyekatan sebelum mengikuti rapid antigen.

"Ada sekitar 577 warga yang terkena screening ini ketika dipanggil untuk dilakukan rapid antigen tidak di lokasi. Jadi, mereka meninggalkan KTP di posko penyekatan," ujarnya.

Febri menilai, langkah tersebut sangat berisiko. Sebab, mereka belum diketahui secara pasti kondisi kesehatannya seperti apa. Apalagi, mereka diketahui usai mobilitas atau perjalanan dari luar kota. "Ini kan cukup berisiko karena kita tidak tahu kondisi kesehatan seperti apa. Karena itu, kita mengambil langkah antisipasi," kata dia.

Langkah antisipasi yang dimaksud, kata dia, adalah untuk mencegah warga yang ber-KTP Surabaya itu tidak bisa mencetak ulang karena alasan kehilangan. Satgas Covid-19 pun bersurat ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disendukcapil) Surabaya agar dapat mengantisipasi hal itu.

"Jadi, seandainya warga Surabaya ini menyatakan atau minta syarat kehilangan dari kepolisian untuk dicetakkan KTP lagi di Dispendukcapil, maka nanti akan diketahui," kata Febri.

Di sisi lain, Febri menegaskan, Satgas Covid-19 Surabaya juga melakukan tracing kepada warga Kota Pahlawan yang terjaring penyekatan dan menghindar saat akan di-rapid antigen. Penelusuran dilakukan melalui data KTP yang ditinggalkan di posko penyekatan di mana petugas akan mendatangi rumah tinggalnya.

"Kalau itu warga Surabaya kita lakukan tracing karena kita tidak tahu kondisi kesehatannya seperti apa. Dari 73 warga yang meninggalkan KTP di posko penyekatan, 5 orang sudah mengambil di kantor Satpol PP setelah dilakukan rapid antigen dengan hasil negatif," ujarnya.

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement