REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV — Israel kembali meluncurkan serangan udara di Jalur Gaza, Palestina pada Rabu (16/6). Serangan ini disebut langkah balasan adanya balon pembakar yang datang dari wilayah itu.
Serangan udara tersebut menjadi yang pertama dari Israel pascagencatan senjata dalam konflik selama 11 hari terjadi bulan lalu. Ketegangan kali ini juga menjadi yang pertama bagi pemerintah baru Israel, pascapawai diadakan di Yerusalem Timur.
Militer Israel mengatakan pesawat meluncurkan serangan udara di lingkungan Hamas, faksi politik Palestina di Jalur Gaza. Selain itu, serangan juga diluncurkan di Khan Younis.
Militer Israel menjelaskan pihaknya bersiap untuk seluruh skenario, termasuk babak baru pertempuran di Jalur Gaza. Sebelumnya, balon pembakar yang diduga berasal dari Palestina dilaporkan menyebabkan 20 kebakaran di area lapangan terbuka di lingkungan komunitas dekat perbatasan.
Dilansir Global News, juru bicara Hamas membenarkan adanya serangan terhadap Israel. Disebutkan bahwa Palestina akan terus melakukan perlawanan dengan berani dan membela hak-hak serta situs suci di Yerusalem.
Israel, yang menduduki Yerusalem Timur dalam perang 1967 dan kemudian mencaplok wilayah ini dalam sebuah langkah yang tidak mendapat pengakuan internasional, menganggap seluruh kota sebagai ibu kota. Sementara, Palestina ingin Yerusalem Timur menjadi ibu kota negara di masa depan yang akan mencakup wilayah Tepi Barat dan Gaza.
Sebelum pawai dilakukan, Israel meningkatkan penyebaran sistem anti-rudal atau dikenal sebagai Iron Dome untuk mengantisipasi kemungkinan serangan roket dari Gaza. Namun ketika para demonstran mulai bubar setelah malam tiba di Yerusalem, tidak ada tanda-tanda tembakan roket dari daerah tersebut.
Acara tersebut sebenarnya dijadwalkan diadakan pada 10 Mei. Israel memperingati hari tersebut sebagai Jerusalem Day yang merayakan penaklukan atas Yerusalem Timur.