Rabu 16 Jun 2021 10:53 WIB

LPS Tempatkan Rp 142,5 Triliun Aset ke Investasi SBN

Porsi investasi LPS dalam bentuk SBN sebesar 96,71 persen dari total aset.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Pekerja melintas saat melakukan aktifitas di kantor Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Jakarta.
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Pekerja melintas saat melakukan aktifitas di kantor Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menempatkan sebagian besar aset likuidnya berupa investasi dalam surat berharga negara (SBN) sebesar Rp 142,5 triliun. Per April 2021, aset produktif dan likuid LPS berupa kas dan setara kas serta investasi dalam bentuk SBN berjumlah sebanyak Rp 144,6 triliun.

Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan sesuai amanat Undang-Undang (UU) LPS, lembaga ini hanya dapat menempatkan aset pada surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia dan/atau Bank Indonesia (BI).

Baca Juga

“Porsi total kas dan setara kas serta investasi LPS dalam bentuk SBN sebesar 96,71 persen dari total aset,” ujarnya dalam keterangan resmi seperti dikutip Rabu (16/6).

Menurutnya kas dan setara kas serta investasi LPS dalam bentuk SBN bersifat mudah dicairkan dan siap mengawal perbankan Indonesia. "Untuk lebih memastikan likuiditas LPS dari Repo SBN apabila diperlukan sewaktu-waktu, LPS dan BI telah melakukan koordinasi melalui nota kesepahaman yang telah diuji coba dengan transaksi yang riil," ungkapnya.

Menurutnya pengelolaan aset LPS  termasuk juga dana dari masyarakat telah dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2004 tentang LPS. "LPS mengelola dana penjaminan secara prudent sesuai dengan ketentuan undang-undang, yaitu dengan penempatan investasi dalam bentuk SBN, serta selalu menjaga likuiditas agar dapat menjalankan fungsi penjaminan dan resolusi bank apabila diperlukan setiap saat," ucapnya.

Adapun jumlah total simpanan bank umum pada April 2021 sebesar Rp 669,79 triliun atau naik 10,79 persen (yoy). Adapun kenaikan total simpanan bank umum ini didorong oleh kenaikan pada seluruh saldo simpanan.

Dari sisi lain, sektor korporasi juga terus mulai melakukan ekspansi dengan menggeser simpanannya dari deposito ke giro, seperti industri otomotif, perkayuan, jasa konstruksi, tekstil, properti, dan telekomunikasi.

"Adanya pergeseran komposisi simpanan dalam bentuk giro ini menjadi salah satu indikator pemulihan ekonomi, yang artinya mereka siap untuk kembali melakukan ekspansi," ucapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement