REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Menteri Perdagangan Australia, Dan Tehan mengatakan pemerintah Australia akan memperkuat argumen hukumnya sebelum meminta Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) untuk menyelesaikan sengketa perdagangan tarif anggur dengan China.
"Tindakan WTO dalam pertimbangan aktif dan Australia akan "membuat keputusan segera," kata Tehan dikutip dari Bloomberg, Rabu (16/6).
“Anda harus memastikan bahwa Anda memiliki argumen hukum terbaik dan kasus hukum terbaik untuk melakukan itu, jadi kami ingin memastikan bahwa kami telah melakukan semua yang kami bisa untuk menunjukkan kekuatan kasus kami,” katanya menambahkan.
China pada Maret 2021 memberlakukan tarif hingga 218 persen untuk anggur Australia selama lima tahun, meresmikan pembatasan yang telah dilakukan selama berbulan-bulan di tengah hubungan yang semakin rumit dengan Canberra.
China sebegai pembeli utama mengatakan bahwa anggur Australia telah disubsidi dan dijual di bawah nilai pasar. Namun, pandangan tersebut ditolak oleh pemerintah Australia.
Dalam sebuah wawancara radio minggu lalu, Perdana Menteri Australia, Scott Morrison menggambarkan sengketa masalah tarif itu sebagai hal yang sama sekali tidak masuk akal. Pemerintahnya telah terlibat dalam meningkatkan ketegangan geopolitik dengan China yang telah tumpah ke dalam pembalasan perdagangan.
"Kami sedang berusaha untuk membawa (kasus) ini ke WTO dan melihatnya diselesaikan di sana," katanya.