REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA — Ledakan bom yang berasal dari mobil terjadi di sebuah pangkalan militer di Cucuta, kota di wilayah perbatasan Kolombia pada Selasa (15/6). Sebanyak 23 orang dilaporkan terluka dalam insiden ini.
Dilansir TRT, pangkalan digunakan oleh Brigade Angkatan Darat ke-30 di wilayah timur laut Kolombia, yang terletak dekat perbatasan dengan Venezuela. Pihak berwenang belum secara resmi mengonfirmasi jumlah korban. Namun laporan awal menyebutkan korban termasuk personel militer dan warga sipil.
Seorang sumber yang merupakan pejabat Kolombia mengatakan jumlah korban kemungkinan tidak terlalu besar karena sebagian besar personel militer tidak berada di lokasi. Banyak dari mereka yang saat ini masih dalam masa isolasi yang diberlakukan untuk mencegah penularan infeksi virus corona jenis baru (Covid-19).
"Karena ledakan kendaraan di dalam Brigade Angkatan Darat ke-30 di Cucuta, saya telah menginstruksikan Menteri Pertahanan Diego Molano untuk pergi ke kota dan melakukan penyelidikan yang akan memungkinkan kita untuk menjernihkan situasi yang menyedihkan ini," ujar Presiden Kolombia Ivan Duque melalui jejaring sosial Twitter.
Molano mengatakan akan segera menuju ke Cucuta untuk melihat secara langsung apa yang terjadi. Menteri Dalam Negeri Kolombia Daniel Palacios menyebut insiden itu sebagai ‘serangan teroris pengecut’.
Meskipun ada kesepakatan damai 2016 dengan pemberontak Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC), militer Kolombia terus memerangi gerilyawan Tentara Pembebasan Nasional (ELN), organisasi kriminal dan mantan anggota FARC yang menolak kesepakatan tersebut.
ELN, pembangkang FARC, dan organisasi kriminal semuanya ada di provinsi Norte de Santander yang situasinya terkadang bergolak, tempat Brigade ke-30 beroperasi. Meski demikian, hingga saat ini belum ada kelompok bersenjata yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu.
Pemerintah Kolombia pernah menyalahkan para pembangkang FARC atas serangan bom mobil pada Maret di Provinsi Cauca yang membuat lebih dari 40 orang terluka.