REPUBLIKA.CO.ID, SWORDS -- CEO maskapai Irlandia, Ryanair, mengatakan pilot yang pesawatnya dipaksa mendarat di Belarusia bulan lalu tidak diberi alternatif selain mendarat di Minsk. Hal ini Michael O'Leary sampaikan pada Anggota Parlemen Inggris.
O'Leary mengatakan pusat pengendali udara Minsk memberitahu pilot ada 'ancaman yang luar biasa' terhadap penerbangan tersebut. Mereka juga mengatakan bom di dalam pesawat akan diledakkan apabila pilot masuk ke ruang udara Lithuania.
"Ia tidak diperintahkan untuk melakukannya, tapi ia tidak memiliki pilihan alternatif yang lain," katanya seperti dikutip Euronews, Rabu (16/6).
Pada 23 Mei lalu pesawat Ryanair yang lepas landas dari Athena dialihkan ke Minsk. Pihak berwenang Belarusia menangkap jurnalis Raman Pratasevich dan kekasihnya yang berada di dalam pesawat tersebut.
Pilot sempat meminta untuk dapat berbicara dengan pusat kendali Ryanair tapi petugas pengendali udara Minsk tidak mengizinkannya. O'Leary mengatakan pilot diberitahu Ryanair tidak akan menjawab panggilan tersebut. "Pelanggaran semua peraturan, regulasi, dan keamanan penerbangan internasional ini jelas sudah direncanakan," katanya.
O'Leary menambahkan setelah pesawat mendarat orang-orang tak teridentifikasi masuk ke dalam pesawat lalu bertanya pada awak pesawat untuk mengonfirmasi mereka 'dialihkan ke Minsk dengan sukarela'. CEO Ryanair itu mengatakan para awak pesawat menolak memberi konfirmasi itu.
Pemimpin-pemimpin negara Eropa mengecam aksi Belarusia sebagai 'pembajakan' dan melarang maskapai Belarusia terbang di ruang udara Uni Eropa. Maskapai-maskapai Eropa sudah diminta berhenti terbang di atas ruang udara Belarusia. O'Leary mengatakan ia tidak mendukung larangan terbang.
"Kami tidak dapat memiliki situasi di mana maskapai, perjalanan udara, pelanggan, dan warga kami berisiko dibajak dan dialihkan berdasarkan alasan palsu," katanya.
"Namun jauh lebih banyak warga Inggris yang akan terganggu, contohnya karena harus mengitari Belarusia atau menghindari ruang udara Belarusia penerbangan Inggris-Asia menjadi penerbangan jarak jauh," tambah O'Leary.