REPUBLIKA.CO.ID,ABU DHABI -- Nama tiga rumah ibadah yang akan membentuk Rumah Keluarga Ibrahim di Abu Dhabi telah terungkap. Mereka adalah Masjid Imam Al Tayeb, Gereja St Francis dan Sinagoga Moses Ben Maimon.
Kantor Media Abu Dhabi menyebut ketiga rumah ini ditargetkan dibuka pada 2022. Proyek Pulau Saadiyat yang bertujuan menginspirasi toleransi tersebut telah selesai 20 persen.
Dilansir di Gulf News, Rabu (16/6), Rumah Keluarga Abraham terinspirasi oleh Dokumen Persaudaraan Manusia, yang ditandatangani selama kunjungan Paus Fransiskus ke UEA pada Februari 2019. Kepala Gereja Katolik Roma Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar, Ahmed El Tayeb, sangat dekat mengikuti perkembangan pembangunan ini.
Proyek ini diawasi oleh Komite Tinggi Persaudaraan Manusia dan telah dirancang oleh seorang arsitek berkebangsaan Ghana-Inggris, David Adjaye. Adapun komite independen ini berasal dari para pemimpin agama dan budaya yang berusaha untuk mempromosikan toleransi.
Seluruh kompleks akan menggambarkan nilai-nilai bersama antara agama Arahamic, yaitu Islam, Kristen dan Yudaisme. Di dalamnya terdapat pusat budaya yang akan menunjukkan solidaritas manusia, saling menghormati dan hidup berdampingan secara damai.
Desain proyek ini pertama kali diresmikan oleh Menteri Luar Negeri UEA dan Kerjasama Internasional New York Sheikh Abdullah bin Zayed Al Nahyan, pada 2019 selama pertemuan kedua Komite Tinggi Persaudaraan Manusia (HCHF).
Desain tersebut dipresentasikan kepada Paus Fransiskus dan Imam Besar selama pertemuan pada November 2019.
"Rumah Keluarga Ibrahim melambangkan koeksistensi yang harmonis antaragama dan mempertahankan karakter unik dari masing-masing agama. Ini melambangkan visi Abu Dhabi untuk persaudaraan manusia dan menanamkan koeksistensi ke dalam struktur budaya UEA yang sudah beragam," kata Ketua Departemen Kebudayaan Abu Dhabi (DCT), Mohamed Al Mubarak.
Mengawasi pengembangan proyek ikonik ini disebut memberi inspirasi dan mencerminkan upaya UEA dalam mewujudkan nilai-nilai Dokumen Persaudaraan Manusia dan mengembangkan prinsip-prinsip luhurnya.
Sebagai tempat untuk belajar, berdialog dan beribadah, Rumah Keluarga Abrahamik akan menjadi landmark budaya dan simbol global, yang menginspirasi yang menekankan nilai-nilai bersama tentang koeksistensi dan pemahaman yang harmonis.
Arsitektur geometris ikonik dari tiga kubus akan menjadi poin utama. Selama fase desain, anggota komunitas agama di seluruh dunia telah dilibatkan dan dikonsultasikan, untuk memastikan konsistensi dan kepatuhan terhadap persyaratan dan ajaran agama masing-masing.