REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk akan membagikan dividen sebesar Rp132 miliar atau setara 50,85 persen dari total laba yang diatribusikan ke pemilik induk. Pembagian dividen tersebut telah disepakati dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) untuk Tahun Buku 2020 yang berlangsung di Jakarta, Rabu (16/6).
Direktur Utama Perseroan, Hardianto Atmadja, memastikan pembagian dividen ini tentunya telah mempertimbangkan proyeksi pertumbuhan bisnis Perseroan serta antisipasi risiko yang mungkin terjadi di masa mendatang. “Kondisi ekonomi Indonesia yang terkontraksi akibat pandemi Covid-19 berdampak pada kinerja Perseroan. Namun, Perseroan tetap membagikan dividen sebesar Rp 18 per saham,” kata Hardianto.
Hardianto mengakui tahun 2020 merupakan tahun yang menantang bagi Perseroan. Pasalnya, Pandemi Covid19 yang menghantam kondisi ekonomi Indonesia berimbas pada menurunnya daya beli masyarakat sehinga penjualan produk-produk yang bukan merupakan kebutuhan pokok menjadi jauh lebih menantang.
Selain itu, kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat yang diambil oleh hampir semua negara, termasuk Indonesia membuat arus perdagangan barang dan jasa dunia mengalami penurunan. Namun, Perseroan terus berupaya untuk bertahan dengan menerapkan strategi open collaboration seperti meluncurkan produk, meningkatkan penjualan melalui jalur distribusi, segmen dan pangsa pasar yang baru.
“Termasuk, kami melakukan akuisisi PT Mulia Boga Raya Tbk yang bergerak di bidang keju olahan dengan merek Prochiz dan TopChiz,” tambah Hardianto.
Kinerja Perseroan di sepanjang 2020, menunjukkan adanya tren perlambatan sebagai dampak dari pandemi. Perseroan mencatat adanya penurunan total penjualan di tahun 2020 sebesar 8,6 persen atau Rp7,711 miliar dibandingkan dengan periode sama di tahun sebelumnya.
Penurunan penjualan ini turut berimbas kepada perolehan laba bersih yang terkoreksi 43,7 persen menjadi Rp245 miliar dari periode tahun lalu yang mencapai Rp435 miliar. Laba per lembar saham juga ikut turun sebesar 37,7 persen yakni Rp35,2 dibandingkan tahun sebelumnya.
RUPST juga menyetujui pembelian kembali saham Perseroan (share buyback) sebanyak-banyaknya satu persen dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh dengan alokasi dana maksimum Rp50 miliar, Buyback ini rencananya akan dilakukan secara bertahap paling lambat 18 bulan sejak disetujui dalam rapat.
“Hal ini dilakukan untuk menjaga stabilitas harga saham Perseroan di tengah kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan,” terang Hardianto.
RUPST ini juga menyetujui rencana Perseroan untuk melakukan penambahan kegiatan usaha utama di bidang Industri Minuman Ringan dan Industri Produk Obat Tradisional Untuk Manusia, penambahan kegiatan usaha penunjang di bidang Pertanian yakni Pertanian Kacang Tanah dan Pertanian Jagung. Di samping itu, menyetujui penambahan bidang usaha untuk anak usaha Perseroan yakni PT Sinarniaga Sejahtera di bidang Perdagangan Besar Alat Laboratorium, Alat Farmasi dan Alat Kedokteran Untuk Manusia, Perdagangan Besar Kosmetik Untuk Manusia, Perdagangan Besar Peralatan dan Perlengkapan Rumah Tangga, Perdagangan Besar Berbagai Barang dan Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya YTDL, Pergudangan dan Penyimpanan, Aktivitas Kurir, Angkutan Multimoda, dan Angkutan Bermotor Untuk Barang Umum.
Hardianto menyebutkan penambahan bidang usaha ini merupakan salah satu bagian dari strategi jangka panjang Perseroan. “Tentunya, kami harap strategi ini akan berdampak pada meningkatnya pendapatan Perseroan serta memberikan nilai tambah bagi pemegang saham,” tuturnya.
Selain itu, hasil RUPST juga menyetujui rencana perubahan pemecahan nilai nominal saham Perseroan (stock split) dengan rasio 1:5 sehingga nilai nominal per saham sebesar Rp20. Stock split bertujuan untuk meningkatkan jumlah unit saham yang beredar serta memperluas distribusi kepemilikan saham melalui penyesuaian harga saham sehingga mencapai trading range yang optimal untuk menjangkau berbagai lapisan investor.
RUPST juga menyetujui pengangkatan Rudi Eko Hartono untuk menjadi Direktur Perseroan menggantikan Rudy Brigianto sebagai Direktur Independen yang telah memasuki masa pensiun. Rudi Eko Hartono saat ini menjabat sebagai Direktur Utama dari PT Sinarniaga Sejahtera, perusahaan terkendali Perseroan.