Kamis 17 Jun 2021 06:38 WIB

Rusia-AS Sepakat Adakan Pembicaraan Kontrol Senjata

Kesepakatan diraih dalam pertemuan presiden Rusia dan presiden AS di Jenewa

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan pertemuan dengan Presiden AS Joe Biden di Jenewa, Swiss, pada Rabu (16/6).
Foto: EPA
Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan pertemuan dengan Presiden AS Joe Biden di Jenewa, Swiss, pada Rabu (16/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA – Rusia dan Amerika Serikat (AS) sepakat mengadakan pembicaraan atau konsultasi tentang stabilitas strategis serta kontrol senjata. Hal itu diungkap Presiden Rusia Vladimir Putin setelah melakukan pertemuan dengan Presiden AS Joe Biden di Jenewa, Swiss, pada Rabu (16/6).

“Kami sepakat bahwa konsultasi di tingkat antar-lembaga akan dimulai di bawah naungan Departemen Luar Negeri AS dan Kementerian Luar Negeri Rusia. Rekan-rekan di tingkat kerja akan menentukan susunan delegasi, tempat kerja, dan seberapa sering pertemuan ini akan diadakan," kata Putin kepada awak media, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Baca Juga

Sesaat sebelum melangsungkan pertemuan, Putin menyampaikan harapan bahwa pembicaraan perdananya dengan Biden dapat berlangsung produktif. “Presiden (Biden), saya ingin mengucapkan terima kasih atas inisiatif Anda untuk pertemuan hari ini,” kata Putin dalam pidato pembukaannya.

 

Putin mengungkapkan, dia tahu Biden memiliki perjalanan panjang. Sejak awal pekan ini, Biden diketahui telah menghadiri sejumlah pertemuan, yakni KTT G7 di Cornwall, Inggris dan pertemuan NATO serta Uni Eropa di Brussels, Belgia. “Namun demikian, banyak masalah yang memerlukan diskusi tingkat atas telah terakumulasi dalam hubungan Rusia-Amerika. Saya berharap pertemuan kita akan produktif,” ujar Putin.

 

Terkait kontrol senjata, awal tahun ini, Rusia dan AS sepakat memperpanjang perjanjian Treaty on Measures for the Further Reduction and Limitation of Strategic Offensive Arms (New START). New START adalah perjanjian kontrol senjata yang dijalin Moskow dan Washington sejak 2010 dan seharusnya berakhir pada 5 Februari lalu. Perjanjian itu melarang kedua negara mengerahkan lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir, membatasi rudal, dan pembom berbasis darat serta kapal selam yang mengirimnya.

 

Sebelumnya, AS dan Rusia juga terikat dalam perjanjian Intermediate-range Nuclear Forces (INF). Perjanjian itu bubar setelah kedua negara saling tuding melanggar poin-poin kesepakatan. INF ditandatangani pada 1987. Ia melarang Washington dan Moskow memproduksi dan memiliki rudal nuklir dengan daya jangkau 500-5.500 kilometer.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement