Kamis 17 Jun 2021 06:55 WIB

Dukung Satu Juta Barrel, SKK Migas Gandeng Pushidrosal

Kerja sama ini strategis karena sektor hulu migas memiliki fasilitas di lepas pantai

Rep: intan pratiwi/ Red: Hiru Muhammad
Sebuah kapal berlabuh di sekitar stasiun terapung suplai minyak dan gas lepas pantai di perairan Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Rabu (11/11/2020). SKK Migas menargetkan pada tahun 2030 produksi minyak bumi sebesar 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan gas alam sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD), atau secara total sebesar 3,2 juta barel setara minyak per hari (BOEPD).
Foto: Dedhez Anggara/ANTARA
Sebuah kapal berlabuh di sekitar stasiun terapung suplai minyak dan gas lepas pantai di perairan Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Rabu (11/11/2020). SKK Migas menargetkan pada tahun 2030 produksi minyak bumi sebesar 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan gas alam sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD), atau secara total sebesar 3,2 juta barel setara minyak per hari (BOEPD).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Untuk mendukung peningkatan usaha-usaha pencarian cadangan minyak dan gas bumi di laut dalam, SKK Migas menggandeng Pusat Hidro Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal). Penandatanganan kerjasama dilakukan oleh Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dan Kepala Pusat Hidro Oseanografi TNI Angkatan Laut Laksamana Madya TNI Agung Prasetiawan, di kantor SKK Migas, Jakarta pada Rabu (16/6).

Dalam sambutannya, Dwi Soetjipto mengatakan kerjasama antara SKK Migas dengan Pushidrosal memiliki arti yang sangat penting dan strategis, karena sektor hulu migas memiliki fasilitas yang berada di pantai, bawah air maupun di lepas pantai (offshore) dan tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Untuk itu dibutuhkan pemetaan fasilitas di laut untuk mendukung operasional hulu migas yang optimal dan sebagai aset yang strategis akan memudahkan dalam melakukan pengamanan asset hulu migas, mengingat wilayah laut Indonesia sangat luas dan sebagian wilayah operasi hulu migas dan fasilitasnya berada di perbatasan laut dengan negara lainnya.

“Kerjasama ini tidak hanya memiliki arti ekonomi dalam memandang fasilitas hulu migas di perbatasan, tetapi juga aspek kedaulatan negara. Kerjasama ini juga dibutuhkan terutama untuk mengawal kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang menyimpan sumber daya migas cukup menjanjikan,” kata Dwi dalam sambutannya.

Lebih jauh dia mengatakan, saat ini potensi sumber daya migas di kawasan laut dalam mulai menarik untuk dikembangkan. “Potensi cadangan di kawasan laut dalam cukup besar, saat ini kami memiliki 3 (tiga) proyek yang sedang dikembangkan, antara lain di Kalimantan Timur Kutai Basin dan Proyek Abadi Masela di Laut Arafura. Selain itu masih ada 108 cekungan yang sebagian berada di laut yang menunggu untuk dikembangkan,” tambahnya.